Saturday, December 17, 2005

[Seri Berkarir bagian 4] Training Sebagai Penjual di Toko Elektronik

Yokohama, Desember 2005

Pada bulan november tahun ke 2 saya mendapat kesempatan untuk menjalani training di toko elektronik. Training di toko elektronik memang sudah secara rutin diberikankepada karyawan tahun ke 2. Biasanya diadakan menjelang liburan tahun baru dan juga liburan musim semi, karena saat-saat tersebut pengunjung toko sangat ramai. Di satu sisi pemilik toko mendapatkan tenaga baru dan di sisi lain karyawan sony mendapatkan pengalaman untuk terjun langsung menjual barang di toko.

Banyak hal yang bisa diambil dari training ini. Paling tidak bagi sayasendiri, untuk mempersiapkan training ini saya harus membaca berbagai katalog dari berbagai produk seperti radio, televisi, handycam, komputerdan barang-barang lain yang dijual di toko tersebut. Sehingga bila pembeli bertanya mengenai produk tsb saya bisa dengan lancar menjawabnya. Hal lain yang perlu dipelajari adalah membandingkan satu model dengan model yang lain.

Biasanya pembeli menanyakan apa kelebihan produk ini dengan produk itu. Kira-kira mana yang bagus. Apakah bisa discount, kalau beli barang ini apakah mendapatkan tambahan sebagai hadiah gratis, dll. Dalam menjelaskan itu semua, saya yang pada saat itu sebagai penjual harus bisa menerangkan sejelas mungkin apa kelebihannya dan apa kekurangannya. Walaupun selama kita training satu harian kita harus selalu berdiri di depan etalase dan bermuka senyum dan yang pasti lelah sekali, akan tetapi begitu pembeli akhirnya membeli barang yang kita telah jelaskan panjang lebar, ada kenikmatan yang saya rasakan dalam pekerjaan ini.

Saya mendapatkan kesempatan training di toko AVIC di yokohama. Toko AVIC ini hanya menjual barang-barang elektronik buatan sony, sehingga bila dibandingkan teman-teman lain yang kebetulan training di toko elektronik umum seperti Akihabara, Bic Camera dll, pekerjaan saya relatif lebih ringan karena hanya menerangkan barang-barang buatan sony. Tetapi kalau teman-teman di Akihabara, karena di toko tersebut juga dijual barang selain buatan sony, mereka juga harus membaca katalog dari produk-produk tersebut.

Training selama 3 pekan terasa cepat sekali berjalan, pagi-pagi sebelum toko dibuka, saya dan karyawan yang lain harus sudah datang 15-20 menit sebelumnya. Pekerjaan dimulai dengan chorei (meeting pagi), dimana pemilik toko menjelaskan tentang penjualanan kita kemarin dan menjelaskan pada hari ini barang-barang mana saja yang dijual secara spesial, misalnya untuk hari ini barang A dan barang B mendapatkan korting 10% atau pengumuman-pengumuman yang lain juga disampaikan pada acara chorei.

Setelah chorei selesai, kami mulai menyapu lantai, membersihkan debu-debu yang melekat di barang-barang yang dipajang, menyusun barang-barang agar enak dilihat pembeli. Dan begitu toko dibuka, mulailah kami mengatur raut muka untuk selalu senyum dan mempersiapkan diri untuk tetap bersabar.

Kenapa sabar sangat diperlukan? k

arena kadangkala ada pembeli yang sudah menanyakan suatu barang lama sekali tapi akhirnya tidak jadi membelinya. Dan ada juga model pembeli yang menanyakan suatu barang secara detail tapi tidak jadi membelinya. Akan tetapi beberapa hari berikutnya mereka kembali lagi. Mungkin mereka telah membanding-bandingkan barang tersebut di toko yang lain dan akhirnya kembali ke AVIC lagi.

Biasanya mereka yang kembali pada hari berikutnya akan mencari karyawan yang telah menjelaskan panjang lebar dihari sebelumnya, karena selain sudah kenal juga akan lebih enak bila ingin minta discount dll.

Tapi kadang ada juga pembeli yang sebelumnya sudah meninjau barang tersebut ditempat-tempat lain dan di AVIC mereka hanya melihat-lihat sebentar dan langsung membelinya.

Ketika ada pembeli yang datang, saya mulai dengan menjelaskan barang tersebut, Setelah pembeli sepakat untuk membelinya, pembeli akan saya ajak ke kasir dan saya sendiri yang menerima uang dan mengembalikan kembaliannya. Setiap barang yang saya proses di kasir saya selalu memasukkan kode pribadi saya, sehingga diakhir training Pemilik AVIC bisa mengetahui berapa besar barang yang terjual oleh saya. Begitu pula dengan karyawan tetap AVIC, mereka pun sebelum menggunakan kasir selalu memasukkan kode pribadinya. Konon jumlah barang yang terjual tiap-tiap karyawan akan mempengaruhi gaji dan bonusnya. Semakin banyak karyawan tersebut dapat menjual barang maka semakin mendapat point bagus dimata Pemilik Toko.

Ada kejadian yang cukup menarik. Suatu waktu ada orang asing yang berkunjung ke AVIC. Dia langsung mencari handycam yang paling mahal. Waktu itu kebetulan tinggal 1 buah saja handycam yang mahal, itupun barang yang dipajang di etalase. Tanpa bertanya macam-macam dia langsung minta ke saya untuk membelinya. Ketika sampai di kasir, setelah saya masukkan kode pribadi, pembeli tersebut mengatakan kalau ingin menggunakan kartu kredit. Tanpa rasa curiga saya ambil kartu kredit tersebut dan saya masukkan ke alat gesek kartu kredit.

Ee ... ternyata ketika digesek keluar signal error. Saya coba sekali lagi ... lagi-lagi error. Lalu akhirnya saya tanya ke salah seorang karyawan AVIC, bagaimana proses selanjutnya bila kartu kredit error terus. Karyawan AVIC langsung tanggap dan dia temui pembeli itu seraya berkata : "Kartu ini error jadi akan kami cek dulu ke pusat".
Pembeli tersebut langsung gugup dan berkata : "Oh ... gitu ya .. kalau begitu nanti deh saya bayar pakai cash ... Saya ambil dulu uang di bank di lantai bawah".
Dan sampai toko AVIC tutup orang tersebut tidak pernah datang lagi.

Karyawan AVIC menjelaskan kepada saya bahwa kadang ada orang yang mencoba membeli dengan menggunakan kartu kredit palsu, dan biasanya memilih barang-barang yang mahal. Bila terjadi error mereka tidak bersedia untuk dicek ke pusat. Sejak itu saya baru menyadari bahwa Pemilik Toko tidak bertanggung jawab apakah kartu tersebut palsu atau tidak, dan tidak ambil pusing apakah orang tersebut benar pemilik kartu kredit tersebut atau tidak. Selagi kartu kredit tersebut tidak error ketika digesek di alat pengecekkannya maka transaksi bisa dilakukan secara normal.

Oleh karena itu melalui tulisan ini bagi pemilik kartu kredit, bila suatu saat dompet kita hilang atau dicuri orang, kita harus sesegera mungkin memblokir kartu kredit kita agar tidak bisa dipakai oleh orang lain.
Apalagi di jepang, pemilik toko yang menerima pembelian dengan kartu kredit tidak pernah mencocokkan tanda tangan pembeli dengan tanda tangan yang ada dibelakang kartu kredit.

Untuk pembelian barang-barang diatas 150.000 yen biasanya kami sebagai trainee langsung memberikan transaksi tersebut kepada karyawan AVIC karena tanggung jawab menjual barang yang mahal tidak dibebankan untuk para trainee. Walaupun para trainee hanya diperbolehkan menjual barang-barang yang dibawah 150.000 yen, Alhamdulillah dalam waktu 3 pekan saya dapat menjual barang dengan total 2 juta yen lebih.

Selain saya dapat lebih memahami berbagai jenis produk, dengan adanya training ini saya dapat langsung bertemu dengan pembeli dan dapat mendengar langsung spesifikasi apa yang banyak diminati oleh para pembeli.
Demikian sekelumit cerita dari Toko Elektronik.


Tulisan ini dimuat di : http://www.pmij.org/article.php?id=170

No comments: