Wednesday, December 26, 2007

[Seri Berkarir bagian 8] Hal-hal yang umum di Kantor

Mungkin ketika kita masih duduk di bangku kuliah hal yang ada di kepala kita adalah orang jepang sifatnya kibishii (ketat), bekerja seperti robot, sedikit tidak manusiawi (kaku, tidak suka becanda ketika jam kerja) dll.
Apakah memang demikian ?

Pada tulisan ini, saya ingin sedikit bercerita tentang keadaan atau kebiasaan yang ada di kantor dimana saya bekerja.

1. Jam meeting

Jam meeting sebenarnya harus tepat waktu. Ketika dulu baru masuk kerja ada training yang diadakan untuk karyawan baru yang salah satu temanya mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan ketika kita bekerja. Dalam training tersebut diajarkan apa-apa saja yang perlu diperhatikan ketika ada rapat di kantor. Pada training ini ada satu istilah yaitu "5fun mae". Istilah ini kalau diartikan secara bahasa mempunyai arti 5 menit sebelumnya. Maksud dari 5fun mae adalah karyawan harus sudah berada dalam ruangan rapat 5 menit sebelum acara dimulai. Akan tetapi pada kenyataannya tidak sedikit rapat dimulai terlambat karena karyawannya belum banyak yang datang. Atau rapat dimulai tepat waktu tetapi setelah itu ada karyawan yang baru datang setelah 2 menit, setelah 5 menit. Ada beberapa penyebab keterlambatan ini terjadi. Bisa karena rapat sebelumnya diperpanjang sehingga tidak dapat hadir di acara rapat selanjutnya tepat waktu. Tetapi saya juga melihat tidak sedikit orang jepang yang memang suka hadir diacara rapat tepat pada waktunya. Misalnya 1 menit atau 2 menit sebelum acara dimulai. Hampir tidak ada rapat dimana 5 menit sebelumnya
karyawan sudah hadir di tempat.

2. Omiyage (oleh-oleh)

Sudah menjadi kesepakatan umum kalau ada yang pergi syucho (bisnis trip), hari berikutnya ketika datang ke kantor meraka membawakan oleh-oleh berupa makanan kecil seperti coklat-coklat kecil atau kue-kue kecil khas dari tempat syuchonya. Omiyage ini dibagikan ke karyawan satu divisi (sekitar 30 orangan).
Ketika dulu saya kuliah, mahasiswa yang satu Laboratorium dengan saya rasanya tidak banyak yang mengikuti konferensi di berbagai tempat sehingga kebiasaan membawa oleh-oleh di atas kurang terasa. Akan tetapi ketika kita sudah bekerja di kantor, sering kita dapati karyawan satu divisi pergi syucho untuk bisnis trip.
Misalnya, mengunjungi pabrik tempat suplier barang yang kita pakai, memeriksa pabrik ketika satu barang diubah dari pabrik A ke pabrik B, mengadakan meeting di tempat yang jauh dll. Kadang mereka syucho di dalam negeri Jepang dan ada pula yang ke Amerika, Eropa, China dan lain-lain.
Satu hal yang cukup menarik adalah masalah Omiyage/oleh-oleh dari tempat syucho. Karyawan yang pergi syucho, mereka tidak pernah lupa untuk membelikan omiyage sebanyak jumlah karyawan di satu divisi. Seperti saya tulis diatas, biasanya Omiyage ini berbentuk kue-kue kecil atau coklat-coklat yang menjadi ciri khas daerah tempat bisnis trip. Misalnya ada 5 orang yang pergi bisnis trip ke satu tempat, biasanya mereka patungan berlima untuk membeli Omiyage tersebut. Baik manager maupun bawahan sama jumlah patungannya. Oleh karena itu walaupun kita jarang syucho misalnya, kita bisa tetap merasakan nikmatnya kue-kue atau coklat-coklat yang menjadi ciri khas dari berbagai daerah.
Awalnya dulu ketika saya tahu di kantor ada kebiasaan membeli omiyage seperti ini, saya menolak menerima omiyage tersebut karena tidak tahu ingridientsnya. Tetapi beberapa tahun belakangan ini kepada karyawan yang bertugas membagikan omiyage ini saya coba jelaskan kalau ada bahan-bahan yang tidak bisa saya makan sehingga saya minta ke dia agar menyertakan bagian ingridientsnya ketika meletakkan coklat atau kue di atas meja saya. Alhamdulillah sampai saat ini setiap ada omiyage, selalu disampingnya ada ingridients nya. Saya kadang salut juga kepada karyawan yang bertugas membagikan omiyage ini karena dia baik sekali, dia waza-waza (mau-maunya) bersusah payah mengguntingkan Ingridients setiap Omiyage untuk saya.
Akan tetapi ternyata budaya omiyage ini tidak sampai disini saja, kalau ada rekan-rekan yang pulang ke kampungnya (tempat orang tuanya) atau jalan-jalan dengan keluarganya di dalam Jepang atau ke luar jepang misalnya ke Italia, ke Hawai dll, tidak sedikit dari mereka yang juga membelikan omiyage kue-kue atau coklat-coklat dari tempat rekreasi tersebut. Mereka waza-waza mengeluarkan uang pribadi hanya sekedar untuk membelikan omiyage yang akan dibagikan ke semua karyawan satu divisi.

3. Selamatan atasu kelahiran anak atau pernikahan

Ketika ada karyawan satu divisi melahirkan anak atau ada yang menikah, hal ini diumumkan di depan karyawan yang lain. Biasanya setelah istirahat makan siang, diadakan "pachi-pachi kai" untuk karyawan tersebut. Jadi semua karyawan berkumpul di bagian depan ruangan kemudian manager mengumumkan perihal berita gembira tersebut seperti kelahiran anak atau pernikahan. Dan sebagai rasa gembira, biasanya secara simbolis Divisi memberikan hadiah uang beberapa ribu Yen untuk anak yang lahir atau untuk karyawan yang baru menikah.

4. Pesta penerimaan anggota baru dan pelepasan anggota lama

Kalau ada anggota baru yang masuk ke divisi kami, biasanya langsung diadakan acara "kangeikai" atau Welcome Party. Begitu juga kalau ada anggota lama yang akan keluar atau selesai masa tugasnya di divisi kami maka diadakan "soubetsukai" atau Welfare Party. Biaya untuk acara ini berbeda-beda. Untuk kelas Manager keatas dikenakan biaya yang lebih mahal dibandingkan karyawan biasa.

5. Warikan

Ketika kita makan siang atau makan malam bersama sempai (orang yang lebih dulu masuk/senior), kami membayar makanan tersebut sendiri-sendiri. Saya membayar apa yang saya makan, dan sempai juga membayar apa yang dia makan. Berbeda dengan di Indonesia biasanya kalau kita makan bersama sempai, kadang sempai yang menawarkan diri untuk mengeluarkan uang (traktir). Atau sempai menawarkan diri untuk membayar lebih mahal daripada kohai. Akan tetapi kalau di Jepang budaya semacam ini tidak ada. Selama makan bersama sempai, saya belum pernah mendengar mereka menawarkan :
"sini saya yang bayar saja".
Akan tetapi kalau acara welcome atau welfare party, yang sudah mempunyai posisi tinggi seperti Manager dll mereka akan membayar lebih mahal dibandingkan karyawan biasa. Misalnya manajer 5.000 yen, karyawan biasa sekitar 3,000 yen.

6. Jas

Saya termasuk yang jarang menggunakan Jas ke kantor. Saya memakai jas ketika saya berkunjung ke Vendor untuk negosiasi atau melihat pabriknya. Kebiasan memakai jas ketika acara resmi sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Jepang. Sehingga ketika berkunjung ke Vendor, hadir diacara khusus, kita diharapkan mengenakan stelan Jas.
Sedikit bercerita tentang Jas, saya melihat ada sedikit perubahan mengenai warna jas. 14 tahun yang lalu ketika saya akan pergi ke Jepang, saya mendengar kalau orang jepang suka menggunakan Jas berwarna biru dongker (biru pekat). Akan tetapi belakangan ini banyak juga orang jepang yang menggunakan Jas berwarna hitam. Saya perhatikan di kereta, di station, di kantor, warna hitamlah yang sekarang mendominasi para pekerja di Jepang. Di kantor saya, rata-rata karyawannya tidak memakai jas. Mereka menggunakan baju kemeja biasa, baju kaos ketika datang ke kantor. Tetapi ada juga model kawan yang menggunakan jas setiap hari, setiap hari dia mengenakan baju dan celana yang rapi serta dasi, padahal kerjanya tidak berbeda jauh dengan saya yaitu development.
Kalau ada meeting di tempat kerja saya dan karyawan dari satu Vendor datang, kami karyawan Sony memakai baju bebas sedangkan karyawan dari Vendor semuanya mengenakan Jas. Akan tetapi bila meeting tersebut diadakan di kantor Vendor, kebalikannya karyawan Sony yang mengenakan Jas sedangkan karyawan Vendornya yang mengenakan baju biasa. Jadi dapat sedikit kita simpulkan kalau kita kedatangan tamu kita tidak diwajibkan mengenakan jas, akan tetapi bila bertamu atau berkunjung ke perusahaan lain diwajibkan mengenakan jas.

Insya Allah demikian sekelumit cerita tentang hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan di kantor yang mudah-mudahan bisa menjadi gambaran suasana bekerja di perusahaan Jepang.

Yokohama, 1 Desember 2007