Sunday, December 24, 2017

[Opini] Dapatkah Warga Jepang bertahan ?


[Opini] Dapatkah Warga Jepang bertahan ?

Oleh : Endrianto Djajadi

Tahun ini tahun terendah angka kelahiran warga Jepang. Tahun ini lahir 941.000 bayi. Warga yang meninggal 1.344.000,  jadi tahun 2017 ini berkurang penduduk Jepang 403.000 orang. Ini angka terbanyak selama ini dan terus bertambah cepat berkurangnya warga Jepang dari tahun ke tahun.

Jepang sendiri mengalami penurunan jumlah penduduk  11 tahun berturut-turut belakangan ini secara cepat. Prediksi di tahun  2065 penduduk Jepang sekarang di tahun 2017 berjumlah 127.090.000 orang menjadi 88.080.000 orang. Artinya 50 tahun lagi penduduk jepang berkurang 40 juta-an.

Di sisi lain, banyak warga asing yang mempunyai anak di Jepang yang salah satunya pasangan warga negara Indonesia. Ada yang melahirkan 3 anak bahkan ada yang sampai 5 anak.
Saya pernah katakan kepada teman Jepang, kalau penurunan warga negara Jepang tidak dicarikan solusinya maka secara alami 50 tahun lagi mungkin setengah penduduk yang tinggal di Jepang adalah warga asing.

Kalau saja saya ada kesempatan memberikan usulan kepada pemerintah Jepang, saya akan memberikan masukan bagaimana cara menambah penduduk Jepang. Ada 2 usulan dari saya, yaitu:

1. Banyak pasangan Jepang yang tidak ingin punya anak banyak. Padahal dulu banyak keluarga yang punya anak banyak. Salah satu penyebabnya adalah mengenai beratnya biaya pendidikan anak-anak. Memang untuk biaya SD dan SMP Negeri cukup murah bahkan boleh dikatakan gratis. Karena SD dan SMP wajib belajar di Jepang. Masuk ke SMA Negeri sekitar 20.000 yen per bulan. Kalau SMA Swasta sekitar 70.000 per bulan. Ketika anak-anak masuk Universitas dan kos2 an paling tidak perbulan perlu mengirim uang bulanan 100.000-150.000.
Itu belum termasuk biaya kuliah per semester sekitar 220.000-240.000 untuk Universitas Negeri dan di atas 500.000 an untuk Universitas Swasta. Padahal gaji pegawai Jepang kisaran 250.000-400.000 per bulan.
Intinya adalah orang Jepang khawatir dengan biaya sekolah anak-anaknya bila mempunyai anak yang banyak. Salah satu faktornya adalah karena mereka tidak ada beasiswa seperti mahasiswa-mahasiswa asing. Mereka hanya memiliki sistem loan yang harus dikembalikan ketika sudah bekerja. Kecuali bila mereka menjadi pegawai pemerintah mereka tidak perlu mengembalikan loan tersebut.

Usulan dari saya, bagaimana kalau biaya pendidikan diturunkan atau pemerintah Jepang memberikan beasiswa untuk warganya. Biaya kuliah digratiskan sehingga anggapan bahwa banyak anak akan sulit biaya pendidikannya akan hilang.

2. Biaya apartemen di Jepang cukup mahal. Hampir 1/3 gaji kita digunakan untuk membayar apartemen. Olehkarenanya, dengan memberikan subsidi perumahan kepada warga Jepang, diharapkan dapat menjadi stimulus agar mereka bisa mempunyai anak lebih dari 2. Sehingga dengan demikian pertumbuhan jumlah kelahiran bisa ditngkatkan.

Demikian sekilas opini mengenai jumlah penduduk Jepang di akhir tahun 2017 ini.

--- oOo ---

Penulis : Endrianto Djajadi, M.Eng
Pengamat kehidupan di Jepang.
Datang ke Jepang 1 Oktober 1993. Setelah menyelesaikan studi d3, S1 dan S2 bidang Teknik Elektro khususnya Robotics, melanjutkan bekerja sebagai Quality Assurance Engineer di perusahaan pembuat Display LCD untuk smartphone di Jepang sampai sekarang.
Tulisan-tulisannya bisa dibaca di : http://www.endrianto-djajadi.blogspot.com


No comments: