Wednesday, March 02, 2016

[Industri Jepang] Rontoknya Perusahaan Elektronik raksasa Jepang, SHARP

[Industri Jepang] Rontoknya Perusahaan Elektronik raksasa Jepang, SHARP.

Jumat, 26 Februari  2016.

Oleh : Endrianto Djajadi

Kemarin tanggal 25 Februari 2016, kita terutama warga Jepang dikagetkan dengan berita keputusan Kozo Takahashi yaitu CEO perusahaan elektronik besar di Jepang, SHARP. Sharp merupakan perusahaan elektronik besar di Jepang yang terkenal di bidang display, baik untuk TV maupun untuk digital camera, smartphone dll. Pada pertemuan pimpinan kemarin, mereka memutuskan untuk lebih memilih bergabung atau menerima tawaran suntikan modal dari perusahaan Taiwan Hon Hai atau yang lebih dikenal dengan nama Foxconn (FC) dibandingkan tawaran dari Fund  masyarakat yang dikumpulkan pemerintah. Setelah sebulan menimbang-nimbang akhirnya Sharp dengan pasti melilih FC sebagai payung perusahaannya.

Fund pemerintah pernah menolong beberapa perusahaan Jepang dari kebangkrutan.  Sebagai contoh April 2012 lahir Perusahaan Display baru yaitu Japan Display Inc (JDI). JDI dibuat untuk menolong perusahaan display Jepang dari kebangkrutan dan untuk mengurangi hegemoni perusahaan display Korea seperti Samsung dan LG. JDI adalah gabungan divisi display ukuran kecil dan sedang untuk digital camera, smartphone dan car navigator. JDI gabungan dari divisi Display Sony, Hitachi dan Toshiba. Masing-masing share modal 10% dan sisanya 70% dari Fund pemerintah. Saat itu Sharp yang juga memilki divisi display tidak bergabung dengan JDI karena keadaan perusahaan masih baik. Saat itu perusahaan Jepang yang menjadi vendor berbagai smartphone tinggal Sharp dan JDI.

Fund pemerintah juga menolong divisi laptop Sony VAIO. Juli 2014 secara resmi Sony melepas divisi laptopnya VAIO untuk diambil oleh Fund. Untuk menjaga brandnya, nama VAIO tetap dipertahankan walaupun sudah lepas dari Sony. Saat itu dari 800-1.000 pegawai divisi VAIO, hanya 200 yang dipertahankan menjadi pegawai VAIO. Sisanya diminta pindah ke divisi lain di Sony atau ambil pensiun dini.

Kembali ke cerita Sharp, FC siap menggelontorkan modal sebesar 700 Milyar Yen atau sekitar 7 Milyar USD.
Sedangkan Fund hanya mensupport 300 Milyar Yen dan dengan berbagai syarat seperti restrukturisasi dll.

Jika membandingkan tawaran FC dengan Fund Pemerintah, tawaran dari FC lebih bagus yaitu mendapatkan dana besar dan tidak perlu memPHK pegawai di bawah umur 40 tahun. Selain itu nama Sharp juga akan tetap dipertahankan.

Sekilas tentang FC, perusahaan ini dibuat oleh Terry Gou pada tahun 1974. Konsepnya adalah mensupport perusahaan elektronik agar bisa membuat produk yang lebih murah. Mulai tahun 1994 mulai berkembang pesat dengan pertambahan modal dari tahun ke tahun sampai sekarang.

Untuk lebih lengkapnya, bisa dilihat di web ini : http://www.foxconn.com

Sekitar tahun 2011 an penulis pernah berkunjung ke kantor Foxconn (FC)  di Taiwan. Saat itu penulis memberikan arahan bagaimana menggunakan satu display di product digital camera. Saat itu Sony bekerjasama dengan FC untuk membuat Digital Camera dengan harga murah yang dikenal dengan model bisnis ODM. Designnya semua milik Sony tapi dirakit oleh FC. Karena FC merakit produk Sony mau tidak mau teknologi Sony bisa dipelajari oleh FC. Sony menyediakan design produk, mengawasi kualitasnya dan produk keluar di pasaran dengan nama Sony. Model produksi seperti ini memang menguntungkan karena Digital Camera bisa diproduksi dengan 1/3 harga bila dikerjakan oleh Sony sendiri.

FC terkenal sebagai perusahaan perakitan smartphone besar seperti Iphone nya Apple. Konon katanya FC punya pabrik besar yang pegawainya sampai 1 juta orang.
Ternyata FC tidak hanya mengerjakan Smartphonenya Apple saja,  mereka juga merakit berbagai smartphone lokal china seperti Huawei dll.

Kalau dilihat sepak terjangnya yang berkutat dengan perakitan barang bukan kepada R&D, mungkin model bisnis ini bisa ditiru oleh perusahaan-perusahaan elektronik di Indonesia yang sulit untuk membuat R&D.

Kita belum pernah melihat satu produk FC terpajang di etalase di toko-toko elektronik tapi mereka kuat. Mereka bekerja di belakang layar tapi hasilnya bisa kita lihat sekarang. Mereka membeli perusahaan raksasa Jepang sekelas Sharp.

Akankah perusahaan-perusahaan besar Jepang yang lain seperti Sony, Panasonic, Hitachi, Toshiba dapat bertahan dari gempuran perusahaan China, Taiwan dan Korea?

Kita lihat saja nanti ...

Penulis : Endrianto Djajadi
- Engineer bidang Display di Sony Corporation, Tokyo (2001-2013)
- Display Quality Engineer di Japan Display Inc., Tokyo (2014 - sekarang)

---------------- oOo ---------------

No comments: