Wednesday, January 04, 2006

[KISAH] Dapatkah Kita Bersikap Jujur Seperti Umumnya Orang Jepang?

Agustus 2005

Pagi itu aku pergi untuk menghadiri acara pengajian KMII di Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT). Tak terasa aku sudah sampai di pemberhentian terakhir, stasiun Shibuya, setelah meluncur menggunakan Tokyu Den En Toshi line salah satu jalur kereta yang biasa aku gunakan. Keluar dari kereta aku bergegas ke pintu keluar. Kucari teikiken yang akan berfungsi sebagai tiket keluar dari stasiun. Kuraba kantung baju. Tidak ada. Kurogoh saku celana. Nihil. Kucoba menenangkan degup jantungku yang mendadak berdetak lebih cepat.

Ah, mungkin saja terselip di antara buku-buku, atau tanpa sadar sudah aku masukkan ke dalam dompet. Aku pikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Segera saja, aku menepi dari jalur pintu keluar, kubongkar isi tasku, setiap celah dompet pun tak luput dari pengecekkanku. Lima menit berlalu. Sepertinya dua kemungkinan di atas tidak tepat. Ada kemungkinan lain. Terjatuh, tertinggal di pintu masuk peron karena aku lupa mengambil kembali, dan kemungkinan terburuk adalah hilang!
Kulangkahkan kaki ini menuju kantor petugas stasiun.

"Sumimasen, Tadi saya masuk dari stasiun Fujigaoka dengan menggunakan teikiken, tapi sekarang teikikennya tidak ada. Sebaiknya gimana ya?" "Oh, kalau begitu silakan melapor ke bagian pengaduan barang hilang" "Kantornya ada di sebelah mana, ya?" tanyaku lebih lanjut. "Anda lihat tangga itu, silakan naik dan temui petugas yang berada di sana. Oh iya, silakan gunakan tiket ini untuk keluar."

Petugas ini menjelaskan dengan ramah, tanpa banyak tanya. Kugerakkan kakiku menuju ke kantor pengaduan barang hilang. Sebenarnya mengurus beginian agak merepotkan, terbayang betapa susahnya birokrasi yang harus aku tembus satu persatu. Eh, ini bukan negara itu ding. Di negeri ini konsumen adalah raja, diperlakukan dengan sangat layak. Asalkan mau mengurus, langkah selanjutnya akan dilakukan oleh petugas yang terkait. Tanpa banyak cingcong, cepat, lugas dan rapi. Dan satu yang pasti : jujur.

Segera setelah kusampaikan masalahku, petugas yang ada segera menelpon ke Fujigaoka stasiun. Konfirmasi. Hasilnya, tak ada teikiken yang terjatuh. Berarti ada kemungkinan teikikenku jatuh di kereta. Waduh, bisa saja digunakan oleh orang lain yang menemukan. Diikhlaskan sajakah? Eitt...jangan menyerah dulu.

"Kalau misalkan ada yang menemukan teikiken saya, bisakah saya dihubungi?" aku ingin tahu. "Soudesune, kalau ada yang menemukan teikiken itu, tentu akan diserahkan ke stasiun terdekat, atau stasiun tempat dia turun. Dari stasiun itu, teikiken akan dikirimkan ke stasiun tempat teikiken itu dibuat. Mungkin akan memakan waktu sekitar 4 sampai 5 hari"

Lima hari pulang pergi ke kantor cukup memakan biaya juga, selain masih ada kemungkinan kalau teikikenku tak diketemukan. Ah, bersabarlah, kalau memang teikiken itu menjadi rizkiku, insyaallah akan kembali. Kalau bukan, berarti hal ini menjadi pelajaran bagiku agar lebih hati-hati dan teliti.

Setelah kuucapkan terima kasih, kulanjutkan perjalananku menuju SRIT. Masih ada kesempatan untuk tiba di tempat tepat sesuai jadwal.

***

The next day...

Hari ini aku ke kantor dengan menggunakan tiket biasa, tak ada potongan biaya. sekedar ingin tahu, aku tuju kantor kerja stasiun Shinagawa, melaporkan kehilangan. Aku diminta menuliskan nama dan nomor telepon, tak jauh berbeda dengan yang aku lakukan kemarin di stasiun Shibuya. Rupanya teikikenku belum diketemukan, petugas di sana mengatakan akan menghubungiku segera setelah teikikenku diketemukan.

Malam hari setelah kerja, aku balik lagi ke kantor JR untuk menanyakan tentang teikikenku dan ternyata masih belum ada yang mengembalikannya. Ketika bertemu dengan pegawainya, dia tegaskan lagi, andaikata teikikennya ditemukan aku akan segera dihubungi.

"Pak ... kalau saya buat teikiken baru dan nanti ternyata teikiken lamaku ditemukan apakah aku dapat mengembalikan teikikenku yang baru dan JR akan mengembalikan uangnya ?" tanyaku.

Penjaga station berkata kalau nanti ditemukan, tunjukkan sajakedua teikiken tersebut di tempat pembuatan teikiken, nantiteikiken yang baru akan diganti dengan uang. Dua hari telah berlalu dengan menggunakan teikiken yang baru untuk berangkat ke kantor. Waktu menunjukkan pukul 21:30, Rabu, 3 agustus 2005. Satu stasiun lagi aku akan sampai di fujigaoka station, tempatku turun dan melanjutkan perjalanan menuju rumah. Aku sedang membaca Al Quran dengan khyusyu di atas kereta, tiba-tiba aku dikejutkan oleh getaran handphoneku. Aku berfikir telepon dari siapa ini ... malam-malam ini, selain itu nomornya diawali dengan kode 03 yang berarti telpon dari Tokyo, bukan dari handphone.

"Hallo ... ini pak Endrianto?" "Oh iya pak ..." "Ini pak ... kami dari JR ingin mengabarkan bahwa teikiken bapak sudah kami terima" "Oh begitu ya ... kalau begitu besok pagi saya ambil ya" "Ya silakan pak ... mohon bawa tanda pengenal dan juga inkan (stempel nama)" "Baik, Pak ..."

Telepon aku tutup dan betapa bahagianya aku hari ini mendengar kabar itu. Aku bersyukur kepada Allah atas nikmat ini dan tertegun sebentar. Aku berfikir di era materialistis seperti ini ternyata ada juga orang yang jujur yang mau mengembalikan teikiken yang dia temukan. Keesokan harinya aku datang ke kantor pengaduan di Shinagawa station.

"Saya Endrianto, Pak. Mau mengambil teikiken yang terjatuh" "Oh ya ... silakan tunggu sebentar ... ada kartu pengenal?"

Aku sodorkan Alien Registration (KTP Jepang) ku dan aku diminta mengisi formulir pengambilan barang yang hilang. Tulis nama dan alamat saja katanya.Waktu pengambilan sangat cepat, 3 menit juga sudah selesai. Lalu aku katakan bahwa aku sudah membuat teikiken baru, bagaimana cara untuk meminta kembali uangnya, karena akupun tidak perlu menggunakan 2 teikiken dalam waktu yang bersamaan.

"Kalau begitu silakan saja ke Midori madoguchi (tempat pembelian teikiken)" katanya ... Silakan diperlihatkan 2 teikiken ini dan nanti akan diproses pengembalian uangnya." Aku bertanya, " Ini ketemunya dimana, ya?"

Penjaganya mengatakan bahwa teikiken ini ditemukan di tempat yang jauh dari Shinagawa dan mungkin terjatuh di atas kereta. Memang kereta yang aku pakai yaitu Tokyu den en toshi line sangat panjang. Sampai shibuya station kereta masuk ke Hanzomon Line dan sampai Oshiage station kereta masuk ke Tobu Line sampai Minami Kurihashi. Mungkin perjalanan dari Ujung Tokyo Den en toshi line sampai Tobu Minami Kurihashi membutuhkan waktu sekitar 2 jam lebih. Waktu sudah menunjukkan pukul 09:15 dan banyak orang yang antri akhirnya aku putuskan untuk ke midori madoguchi pada malam harinya.

Malam harinya aku ke midori guchi, aku jelaskan duduk persoalannyadan langsung saja dengan cekatan penjual karcis meminta aku mengisinama dan alamat pada satu formulir, yaitu formulir pengembalian uang.

Proses ini juga cepat mungkin sekitar 2-3 menit sudah selesai.Dan Alhamdulillah uang dapat kembali 11.140 yen.Aku membeli teikiken 1 bulan dari 1 Agt-31 Agt sebesar 14.710 yen, karena sudah berjalan 3 hari akhirnya aku harus rela dipotong biaya perjalanan dari rumah ke kantor selama 3 hari ini.

Aku bersyukur kepada Allah ternyata rizki memang tidak akan lari kemana, aku tetap berfikir, begitu baiknya orang yang menemukan teikikenku ini, dia bersikap jujur dan mau mengembalikannya. Memang bila kita perhatikan banyak sekali nilai-nilai Islam universal yang telah menjadi kebudayaan orang Jepang antara lain seperti sikap jujur, sikap menepati waktu, bekerja keras dan masih banyak lagi. Aku hanya dapat berharap, mudah-mudahan Islam dapat lebih cepat lagi meluas di negara sakura ini.

Tulisan ini dimuat di : http://www.pmij.org/article.php?id=145



No comments: