Saturday, September 22, 2018

[Kisah] Puasa 10 Muharram di Korea

[Kisah] Puasa 10 Muharram di Korea

Oleh : Endrianto Djajadi

Cerita kali ini melanjutkan cerita saya beberapa bulan yang lalu mengenai pertanyaan-pertanyaan yang menarik  yang pernah saya terima dari supplier.

Cerita yang lalu (kisah bersama Supplier dari China) bisa sahabat-sahabat baca di sini :

http://endrianto-djajadi.blogspot.com/2018/05/kisah-hikmah-di-salah-satu-persimpangan.html?m=1

Kali ini pertanyaan dari supplier Korea. Korea Selatan adalah negara yang penduduknya mempunyai semangat membangun yang  tinggi sekali. Mereka mempunyai semangat untuk mengalahkan Jepang dalam bidang teknologi. Bila sahabat-sahabat mempunyai kesempatan untuk jalan-jalan ke Seoul, Korea, sahabat-sahabat akan merasakan seperti naik Subway di Jepang. Kursinya empuk. 

Dalam satu perbincangan setelah waktu makan siang dengan sekitar 8 orang supplier dari Korea dan Taiwan, banyak pertanyaan-pertanyaan singkat tentang Islam dari mereka,

Supplier : Kenapa hari ini anda tidak makan siang dengan kami? 

Endri : Oo ... iya maaf. Hari ini saya berpuasa. 

S: Berpuasa?

E: Hari ini hari yang spesial untuk umat Islam. Sehingga dianjurkan untuk berpuasa.

S: Kenapa?

E: Dalam Islam kami mempunyai Kalender sendiri. Kalender yang biasa berdasarkan matahari tetapi Kalender Islam berpedoman kepada bulan. Setiap tahun akan maju 11 hari. Kemarin itu baru saja Tahun Baru Islam dan hari ini hari yang ke 10 dan dianjurkan untuk puasa. 

S: oo ... bukannya ada yang puasa panjang?

E: iya ... itu yang bulan Ramadhan selama sebulan dalam setahun.

S: puasa itu seperti apa?

E: ya kita tidak makan dan minum ketika siang hari. Nanti setelah matahari terbenam baru bisa makan. Hari ini sekitar jam 18:34

S: waw ... kamu bisa tahu secara detail jamnya (sambil tertawa).

E: oh iya lah ..  ada aplikasi di smartphone yang bisa menunjukkan jam berapa matahari terbenam. Bisa kita set sesuai lokasi kita berada.
Misalnya waktu saya di Eropa dan saya set di aplikasi tersebut nama negaranya, maka langsung keluar jam matahari terbenam. (Sambil saya tunjukkan aplikasi di smartphone saya) 

S: oo... I see. Anda tidak bisa makan daging?

E: Tidak bisa. Kecuali spesial daging yang dibeli di spesial toko. 

S: Spesial daging? Apa seperti tahu rasa daging? 

E: Bukan ... untuk ayam dan daging sapi ... sebelum kita menyembelihnya kita berdoa dulu. Kalau di China saya bisa makan di restoran yang ada tanda Halal ... sambil memperlihatkan tanda Halal dalam tulisan China : 清真. Restoran ini ada dimana-mana jadi sangat membantu saya.

S: ini baru pertama kali saya mendengarnya karena belum pernah punya kenalan orang Islam.

E: ooo ok .. apa saja yang anda ingin tanya silakan lho ... saya akan jelaskan. 

—- oOo —-

Pertanyaan tentang Islam berlanjut ketika makan malam bersama. 

S: Di sini kami jarang bertemu dengan orang Islam. Dan tidak pernah berdiskusi tentang Islam. Jadi ini hal yang baru buat kami.

E: oh anda bisa jalan-jalan ke daerah Itaewon. Di sana banyak restoran muslim, ada restoran Indonesia dll. Terutama hari Jumat jam 12:00-13:00 ada pertemuan orang muslim di sana.

S: oo ...

E: Di Jepang .. karena tahun 2020 akan ada Olympic Tokyo jadi sudah mulai banyak restoran yang mempunyai label Halal. 

S: Oo .. I see ..,

S: Istri kamu berapa? 

E: Satu .. Kenapa anda bertanya begitu ? (Sambil tersenyum)

S: Iya ... saya tahu dalam Islam boleh punya istri sampai 4. 

E: Oh iya ... di banyak kesempatan dinner dengan orang Jepang saya sering ditanya dengan pertanyaan itu .. (sambil tersenyum).

E: jadi begini ... memang dalam Islam boleh punya istri sampai 4, tapi harus adil. Misalnya hari Senin tidur di rumah istri pertama, Selasa di yang 2 dst. Begitu juga dengan masalah ekonomi, harus adil. 

S: wah kalau saya beli bunga saya harus beli 4 bunga? 

E: tidak sampai sedetail itu maksudnya. Intinya kalau bisa adil silakan. Kalau tidak bisa adil baiknya satu saja. 

S: Untuk menikah lagi apakah harus minta izin ke istri pertama.

E:Tidak ...

E: kalau di Korea bagaimana? Apakah bisa memiliki lebih dari 1 istri?

S: Tidak boleh. Saya bisa masuk penjara kalau nikah lagi. Jadi secara resmi saya hanya boleh satu saja., tetapi yang tidak resmi boleh banyak ..  ha ha ha ...   

Sahabat-sahabat, sampai  sekian dulu ceritanya semoga bisa diambil hikmahnya. 

Ada satu point menurut saya yang cukup penting. Mungkin bagi sahabat-sahabat yang muslim pertanyaan-pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang ringan dan mudah dijawab. Tetapi dari pertanyaan-pertanyaan di atas kita bisa mengetahui bahwa masih banyak orang-orang di dunia ini yang belum tersentuh dengan ajaran Islam dan itulah tugas kita untuk memberikan penjelasan bagi mereka. Bisa melalui perbincangan ringan dengan teman se-kampus atau dengan teman se-kantor. 

Yokohama, 21 September 2018

—- oOo —-

Penulis :
Endrianto Djajadi, M.Eng
Datang ke Jepang 1 Oktober 1993.
Setelah lulus S2  di bidang Elektronik khususnya Robotik, bekerja di perusahaan Jepang sebagai Engineer di Pengembangan Display dan Quality Assurance selama 17 tahun.
Sekarang bekerja di perusahaan part mobil asal Italia sebagai Supplier Quality Assurance.
Tulisan-tulisannya bisa dilihat di :

http://endrianto-djajadi.blogspot.com/?m=1[Kisah

Wednesday, September 19, 2018

[Cerita] Hikmah bisa kita ambil dari siapa saja

[Cerita] Hikmah bisa kita ambil dari siapa saja. 

Oleh : Endrianto Djajadi

Pekerjaan kantor saat ini membuat saya sibuk dari hari ke hari. Beberapa hari di negara ini, kemudian berpindah ke negara lain dan begitulah rutinitas yang saya lalui.
Untuk biaya pesawat tidak ada yang spesial baik bisnistrip ke negara yang ditempuh dalam 3 jam maupun yang ditempuh dalam waktu 12 jam. Semuanya sama, naik kelas ekonomi. Kadang terbesit di dalam hati, mungkin enak ya kalau naik di bisnis atau first class. 
Saking kepo-nya, dalam satu kesempatan saya bertanya ke 2 orang Manager  supplier dari Jerman yang bertemu dengan saya di Penang, Malaysia. Saya tanya, anda dari Jerman ke Malaysia tentunya menempuh waktu lebih dari 10 jam, apakah anda naik bisnis atau first class? Supplier ini perusahaan yang besar di Jerman. Mereka katakan, tidak. Mereka menggunakan kelas ekonomi. Hanya yang punya posisi tinggi saja yang diizinkan untuk naik bisnis atau first class. Ooo .. ternyata perusahaan besar Eropa pun walaupun sekelas Manager tetap menggunakan kelas Ekonomi. Tapi saya rasa ini memang tergantung dari perusahaan. Perusahaan saya sebelum perusahaan yang sekarang mempunyai kebijakan yang lain. Bila waktu tempuh di atas 4 jam kita bisa mengapply untuk menggunakan bisnis class. Sayangnya, ketika saya mendapatkan tugas bisnistrip ke Indonesia, saya belum tahu adanya kebijakan ini. 

Ada kejadian yang cukup menarik. Pada satu perjalanan dari Pudong Airport di Shanghai ke Narita Airport di Tokyo, saya dikejutkan dengan satu kejadian. Saya duduk dì kursi No. 35A. Setelah saya duduk datang seorang nenek yang duduk di kursi No. 35C. Tidak lama kemudian datang seorang pria sekitar umur 40 an dan bertanya kepada saya. 

Boleh saya pindah ke kursi anda dan anda pindah ke kursi saya?

Saya tahu dia ingin duduk dekat dengan ibunya. Dengan cepat saya jawab:

Oo .. ok ... nggak masalah.

Saya ambil tas saya yang ada di atas kabin.

Dimana kursi anda?”, tanya saya. 

Kursi saya di No. 10. jawabnya.

Saya melangkah ke kursi No.10 dan alangkah kagetnya saya, ternyata kursi No.10 adalah kursi First Class. 

Ada beberapa hal yang saya perhatikan berbeda antara First Class dengan Economy Class.
  1. Kursi lebih luas, bagian kiri 2 orang, bagian kanan 2 orang.
  2. Makanan  dan buah-buahan lebih banyak. Bagi saya tidak ada bedanya karena dari awal saya sudah pesan Moslem Meal. 
  3. Pramugari mondar mandir dan menawarkan minuman kalau minuman di meja kita sudah habis. 

— oOo —

Hikmah bisa diambil dari siapa saja. Hal-hal yang bagus bisa kita coba terapkan di kehidupan kita. Paling tidak ada 2 hikmah yang bisa saya ambil dari kejadian ini, 

  1. Pria yang berusia 40 tahunan ini dengan rela meninggalkan First Class-nya yang penuh dengan berbagai pelayanan khusus demi ingin duduk dekat ibunya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah melakukan hal-hal yang membuat ibu atau bapak kita bahagia? Berapa sering kita menjenguknya dalam sebulan? berapa sering kita menelpon untuk memberikan kabar terakhir? Berapa sering kita mengajak beliau jalan-jalan? Berapa banyak kita memberikan uang bulanan untuk beliau? Dan masih banyak lagi hal-hal yang bisa kita evaluasi.
  2. Hikmah yang kedua, sering saya mendapatkan nikmat dimana nikmat itu belum saya minta secara lisan kepada Allah swt. Baru terbesit dalam hati tetapi Allah swt sudah memberikannya dari arah yabg tidak saya duga. Tentunya sahabat-sahabat juga pernah mendapatkan nikmat-nikmat seperti ini. Alhamdulillah, mari kita perbanyak rasa syukur kita kepada Allah swt dengan mengingat-ingat kembali nikmat-nikmat yang telah Allah swt berikan kepada kita. 

Semoga sharing ini bisa diambil hikmahnya.


Tokyo, 15 September 2018

[Opini] Apakah kita akan mundur?

[Opini] Apakah kita akan mundur? 

Oleh : Endrianto Djajadi

Kadang kala kita khawatir untuk turut masuk ke dalam satu permasalahan yang besar atau mencoba hal-hal yang baru, karena itu akan menyita waktu dan tenaga.

Tetapi ketahuilah, dengan ikutnya kita berpartisipasi dalam memecahkan masalah besar atau mencoba hal-hal yqng baru, kita akan mendapatkan pelajaran yang sangat banyak.

1 Februari saya bergabung di perusahaan komponen mobil dengan posisi sebagai Supplier Quality Assurance dimana saya tidak memiliki pengalaman dalam bidang otomotif dan tidak ada pengetahuan yang banyak sebagai seorang Auditor. 3 hari kemudian setelah bergabung di perusahaan yang baru, Manager langsung memberikan tugas mengaudit 2 pabrik supplier di luar Jepang. Setelah itu berturut-turut penugasan ke berbagai pabrik supplier seperti supplier IC, battery, LCD, LED dll dimana selama ini saya tidak begitu mendalami komponen-komponen ini secara detail. Hanya LCD saja yang cukup detail karena di perusahaan sebelumnya saya bekerja sebagai Customer Quality Assurance. 

Dengan berbagai kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengaudit berbagai pabrik komponen elektronik ini membuat saya banyak belajar, banyak mencari info baik dari internet maupun dari buku-buku. Paling tidak ketika berdiskusi dengan supplier ada hal-hal technical yang bisa menjadi bahan diskusi. Yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu bagaimana LED diproduksi mulai dari lead frame, LED bonding, Wire bonding sampai kepada proses terakhir pengepakan. Yang sebelumnya hanya tahu sedikit menjadi lebih faham. 

Dulu ketika saya bekerja sebagai Customer Quality Assurance, salah satu pekerjaannya adalah mencari penyebab (root cause) kerusakan di layar LCD Smartphone  yang terjadi pada customer. Saat itu banyak kerusakan-kerusakan yang biasa terjadi dan tidak sedikit permasalahan-permasalahan yang baru. Dari hari ke hari banyak claim dari customer. Belum selesai satu masalah datang masalah yang baru. Dengan banyaknya belajar dari permasalahan yang ada, dengan membuat prioritas untuk setiap masalah, Alhamdulillah satu persatu dari masalah yang urgen bisa terselesaikan. Dan berikutnya masalah yang kurang urgen dapat diselesaikan.

Kemarin ketika diadakan workshop, seorang General Manager dari Jerman bercerita, 2 bulan lalu dia tidak memahami tentang satu komponen. Kemudian dia ikut mencari solusi permasalahan yang terjadi pada komponen tersebut. Sekarang saya merasa expert tentang komponen tersebut katanya. 

Jadi sahabat-sahabat, andaikata ada permasalahan besar yang datang atau ada kesempatan untuk mengerjakan hal-hal yang baru, kita tidak perlu khawatir dan tidak perlu menghindar. Karena dengan adanya hal-hal itu membuat kita semakin banyak belajar dan itu adalah kesempatan untuk meningkatkan kapasitas diri dan sedikit demi sedikit Insya Allah kita akan menjadi expert di bidang itu. 

Minna-san, gambarimashou !!!


Shanghai, 15 September 2018