Saturday, December 17, 2005

[OPINI] Mengapa tidak kita tiru gaya Jepang ?

Yokohama, Juli 2003

Tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh baik tidaknya pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) pada negara tersebut. SDM merupakan kekayaan suatu bangsa dimana dengan adanya SDM-SDM yang handal ini, problematika-problematika yang terjadi dapat ditanggulangi dengan baik.

Pada tulisan ini, penulis ingin mengangkat suatu permasalahan dimana permasalahan ini selalu timbul dan mungkin akan selalu timbul sampai diadakannya perubahan pada sistim tersebut.

Kalau kita mau menghitung-hitung berapa banyak siswa yang ikut bersaing di UMPTN dan berapa banyak sarjana yang lulus tiap tahunnya dari perguruan-perguruan tinggi di Indonesia, tentu kita akan mengetahui bahwa begitu banyaknya sarjana-sarjana di bumi Indonesia ini. Tetapi kadang kali penulis mendengar keluhan-keluhan dari para sarjana banyak yang sudah lulus tetapi harus menganggur beberapa bulan dan bahkan ada yang sampai bertahun-tahun tidak mendapatkan lapangan kerja. Padahal mereka adalah seorang sarjana.

Sungguh sedih bila kita mendengar banyak sarjana yang pada akhirnya bekerja sama sekali tidak sesuai dengan bidang yang mereka tekuni ketika di Universitas dan yang lebih menyedihkan banyaknya fresh graduate (yang baru lulus) yang sulit mencari pekerjaan.

Apakah memang sedemikian sedikitnya lapangan kerja di Indonesia ?

atau

Apakah memang begitu banyak kah persaingan dalam mencari lapangan kerja ?

mungkin pertanyaan-pertanyaan diatas ada benarnya, tetapi disini penulis ingin meninjau dari sisi lain yaitu dari sisi sistim perekrutan yang berlaku di negeri kita tercinta Indonesia.Ada satu cerita, penulis mempunyai seorang teman, sebutlah Mas Budi. Mas Budi telah selesai belajar di Sekolah Tinggi Ekonomi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Tetapi ketika Mas Budi mencari kerja ternyata sungguh sulit baginya karena untuk dapat diterima menjadi pegawai haruslah yang mempunyai Ijazah Asli. Sedangkan sebagai yang fresh graduate Mas Budi harus menunggu untuk mendapatkan Ijazah Asli tersebut. Akhirnya haruslah Mas Budi menyandang gelar "pengangguran".

Penulis melihat bahwa dengan adanya masa tunggu yang kita sebut pengangguran ini merupakan hal yang sangat disayangkan. Karena bila kita bandingkan bila Mas Budi menunggu Ijazah Asli yang memerlukan waktu beberapa hari, atau beberapa pekan atau beberapa bulan berarti masa produktif dari Mas Budi menjadi suatu yang sia-sia. Bila setelah lulus Mas Budi bisa langsung bekerja, tentunya banyak sekali manfaat yang didapat oleh perusahaan tersebut. Dari cerita diatas, penulis melihat bahwa sistim perekrutan, sistim pendayagunaan SDM di Indonesia masih kurang diperhatikan.

Kita masih menganggap bahwa pengangguran atau masa menunggu adalah hal yang wajar bagi seorang sarjana yang baru lulus dari universitasnya. Setelah luluspun seorang sarjana harus mencari-cari lowongan pekerjaan di koran. Dan setelah didapat perusahaan yang dituju, dengan bergegas mengirimkan surat lamaran ke perusahaan tersebut. Bila beruntung maka akan dipanggil untuk mengikuti seleksi. Dan akhirnya setelah melewati beberapa pekan barulah tahu apakah diterima atau tidak di perusahaan tersebut. Sungguh panjang perjalan seorang sarjana untuk sampai diterima di suatu perusahaan. Bila beruntung mungkin hanya menganggur 1 bulan saja tapi bila kurang beruntung mungkin bisa sampai beberapa bulan.

Apakah proses diatas tidak dapat dilakukan ketika masih menjadi mahasiswa ? Sehingga bila proses ini dilakukan ketika tahun terakhir, nantinya setelah lulus, sarjana tersebut dapat langsung bekerja. Masa tunggu atau pengangguran akan berkurang dan pemanfaatan SDM akan lebih optimal.

Sekarang marilah kita tinjau sedikit bagaimana proses perekrutan di negeri sakura / Jepang. Sebelumnya, penulis ingin memaparkan sedikit mengenai kebiasaan yang berlaku di negeri sakura ini. Bila anda hidup di Jepang, maka jangan heran bila kita harus mencari orang jepang yang dapat menjamin kita selama hidup di sana. Bila kita ingin sewa apartemen, ada surat pernyataan yang harus diisi oleh penjamin kita. Bila ingin melamar beasiswa, ada surat dari penjamin kita dalam hal ini dosen atau profesor kita yang menceritakan mengenai diri kita. Bila ingin meneruskan ke universitas lain diperlukan surat jaminan dari dosen kita di universitas yang lama. Oleh karena itu, surat rekomendasi merupakan suatu yang sudah biasa di Jepang ini. Dengan adanya surat penjamin ketika kita ingin menyewa apartemen maka bila ada hal-hal yang sangat penting, pemilik apartemen ini akan langsung menghubungi penjamin kita. Begitu pula bila kita melamar beasiswa, dengan adanya surat dari dosen atau profesor, pemberi beasiswa akan merasa aman dalam memberikan beasiswa tersebut, karena mereka mendapatkan informasi tentang diri kita dari orang ketiga. Inilah yang dipupuk oleh masyarakat Jepang. Bila ada yang merekomendasikan kita berarti kita memang orang yang dapat dipercaya dan bila terjadi apa-apa dengan kita, sang penjamin yang akan menanggung semuanya. Jadi sistim ini bisa juga disebut sistim kepercayaan.

Hal ini ternyata juga berlaku di dunia akademis dan dunia pekerjaan di jepang.
Berbeda dengan di Indonesia, perekrutan mahasiswa yang ingin bekerja dilakukan ketika mahasiswa tersebut masih kuliah di tingkat akhir. Tahun ajaran dimulai bulan April dan berakhir bulan Maret. Bila bulan April tahun ini kita memasuki tahun terakhir maka mulai bulan April itu kita sudah bisa mencari tempat kerja. Proses mencari kerja bisa dilakukan secara paralel dengan tugas kita di tingkat akhir. Sistim seperti ini sungguh bagus dan disini penulis akan sedikit memaparkan beberapa keunggulannya.

Dengan diperbolehkannya para mahasiswa mencari kerja ketika mereka masih duduk sebagai mahasiswa, mahasiswa tersebut mempunyai penjamin yaitu universitas dimana dia bersekolah. Hal ini akan memberikan kepercayaan yang tinggi kepada perusahaan bahwa mahasiswa tersebut memang dalam keadaan tidak bermasalah. Bila ada hal-hal yang berurusan dengan akademis kita, perusahaan dapat langsung berhubungan dengan universitas atau profesor kita.

Berbeda bila kita melamar setelah lulus, maka kita akan kehilangan penjamin kita, karena setelah lulus, universitas tidak dapat menjadi penjamin kita. Ini berarti akan mengurangi kepercayaan perusahaan kepada kita.

Dengan diberlakukan sistim seperti ini mahasiswa mempunyai waktu selama 1 tahun untuk mencari pekerjaan, dari bulan April ketika baru masuk tahun terakhir sampai bulan Maret menjelang lulus sebagai sarjana.

Dengan sistim seperti ini akan mengurangi penganguran para sarjana fresh graduate. Karena setelah lulus bulan Maret, mereka dapat langsung bekerja di perusahaan yang dituju.Dari keunggulan-keunggulan diatas dapatlah kita simpulkan bahwa bila sistim perekrutan di Indonesia dapat disesuaikan seperti sistim perekrutan di Jepang, penulis yakin pengangguran para fresh graduate dapat dikurangi dan ini akan berefek pemanfaatan SDM sarjana kita dapat dicapai secara optimal.


Tulisan ini dimuat di : http://www.pmij.org/article.php?id=42

[Seri IPTEK] Pameran Elektronik CEATEC Japan 2005

Yokohama, Oktober 2005

Seperti tahun-tahun sebelumnya CEATEC Japan kembali digelar di Gedung pameran di Makuhari Messe. Pameran elektronik yang cukup bergengsi di Jepang ini diadakan dari tanggal 4-8 Oktober 2005 yang diikuti ratusan lebih perusahaan-perusahan device dan juga perusahaan elektronik besar seperti Sony, Panasonic, Sharp, Toshiba, Hitachi dll.

Sekilas tentang CEATEC Japan

CEATEC Japan adalah singkatan dari Combined Exhibition of Advanced Technologies Japan yang merupakan Pameran Internasional terbesar di Asia yang menampilkan teknologi di bidang elektronik termasuk Imaging, Information dan communications.

Acara ini digelar setiap bulan Oktober dan telah diselenggarakan sejak tahun 2000. Pada pameran ini selain dipamerkan barang-barang elektronik terbaru juga dibeberapa stand dipamerkan barang-barang elektronik yang sedang dalam tahap riset dan mungkin akan diproduksi beberapa tahun kedepan. Acara CEATEC ini dapat dibagi menjadi 3 kategori :

1. Digital Network Stage
Yang menampilkan produk akhir suatu barang dan service. Target dari Stage ini adalah agar konsumen atau pelaku bisnis mengetahui produk apa yang sedang trend pada saat ini.

2. Electronic Components, Devices & Industrial Equipment Stage
Stage ini menampilkan teknologi produksi dan juga komponen-komponen dari suatu produk. Targetnya adalah produk dan kategori service.

3. Konferensi
Seminar dan kuliah ilmiah yang disampaikan oleh Key industry people dari berbagai perusahaan-perusahaan besar. Seminar ini bagus untuk perbaikan dan peningkatan bisnis dari perusahaan.

CEATEC Japan 2005

Pada tulisan ini Penulis memaparkan hasil kunjungannya ke acara CEATEC Japan 2005 pada tanggal 6 Oktober 2005. Dan yang menjadi pusat perhatian dari penulis adalah bagian Digital Network Stage dimana pada stage ini ditampilkan barang-barang elektronik terbaru dan barang-barang yang trend dimasa yang akan datang.

1. MuRata Seisakusyo
Pada CEATEC 2005 ini MuRata Seisakusyo cukup mendapatkan perhatian yang tinggi dari para pengunjung. Pada acara pembukaan CEATEC Japan kali ini MuRata Seisakusyo sempat diliput oleh salah satu stasiun Televisi di Jepang (World Business Satellite), sehingga bagi para pengunjung CEATEC Japan akan merasa rugi bila tidak mengunjungi Stand dari MuRata Seisakusyo. MuRata Seisakusyo menampilkan robot kecil yang bisa mengendarai sepeda yang hanya memiliki 2 roda. Robot ini dilengkapi dengan 3 Sensor, Jairo Sensor, Ultrasonic Sensor dan Shock Sensor.

Dengan menggunakan Jairo Sensor, ketika sepeda berhenti, robot dapat mengontrol diri sehingga sepeda tidak jatuh dan tetap tegak berdiri tanpa ada goyangan. Ini cukup menarik karena ketika sepeda berhenti, sepeda tidak bergoyang sedikitpun dan pada saat bersamaan robot dapat menggerakkan sepeda untuk berjalan mundur. Kelebihan lainnya selain robot dapat mengontrol sepeda roda 2 untuk tidak jatuh ketika sepeda berhenti, juga dapat mengontrol sepeda untuk berjalan lurus diatas jembatan yang hanya mempunya lebar sisi 20 mm (2 cm).Sedangkan dengan menggunakan Ultrasonic Sensor, robot dapat berbelok bila didepannya ada benda penghalang. Pada bagian dada robot terdapat Ultrosonic Sensor. Sebelah kanan adalah sensor pengirim signal dan sebelah kiri adalah sensor penerima signal (40 kHz Ultrasonic sensor). Dengan menghitung selisih waktu antara masuknya signal yang langsung masuk ke sensor penerima dengan masuknya signal hasil pantulan benda didepannya, maka robot dapat mengetahui jarak benda yang ada didepannya. Sebenarnya teknologi ini sudah diaplikasikan di bagian belakang kendaraan mobil. Dengan menggunakan ultrasonic sensor, pengemudi dapat mengetahui jarak bagian belakang mobil dengan dinding dibelakangnya. Dengan menggunakan Shock Sensor, robot dapat mengetahui jalan-jalan yang berlubang, sehingga bila robot merasakan adanya lubang di jalan yang dilewatinya, maka robot akan mengurangi kecepatan dan berusaha melewati secara perlahan-lahan. Robot ini dinamakan Murataseisaku-kun dengan berat 5kg dan tinggi 50cm.

2. NTTDoCoMo
NTTDoCoMo adalah salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Jepang. Pada acara ini NTTDoCoMo menampilkan produk-produk Handphone terbarunya. Para pengunjung dapat mencoba sendiri feature-feature terbaru dari handphone tersebut dan menyediakan kurang lebih 30 Handphone terbarunya. Selain itu NTTDoCoMo juga menampilkan hasil-hasil risetnya yang belum dikeluarkan di pasaran. Seperti handphone berbentuk cincin. Dengan Handphone yang diselipkan di jari telunjuk pemakai, pemakai dapat memulai menelpon dan dengan meletakkan jari ke dekat telinga, pemakai dapat mendengarkan pembicaraan.

3. Sony
Stand Sony cukup dipadati oleh pengunjung dimana pada acara CEATEC kali ini, Sony mulai memperkenalkan Merk Televisi terbarunya BRAVIA. Selain itu Sony juga menampilkan Walkman jenis baru yang disebut dengan Walkman CONNECT. Ada beberapa jenis Walkman CONNECT yang dipamerkan, dari yang berkapasitas menyimpan 512MB sampai dengan 20 GB. Selain Design yang menarik, keunggulan dari Walkman CONNECT adalah tampilan menu, judul lagu ditampilkan dengan menggunakan display OLED (Organik LED). Sehingga dengan teknologi OLED ini tampilannya semakin menarik perhatian pengunjung. Selain itu, Sony juga menampilkan produk Handycam HDV terbarunya yaitu HDR-HC1. HDV dengan Widepanel. Sedangkan Digital Camera, Sony menampilkan Cybershot DSC-R1.

4. Memory Stick
Pada awalnya Memory Stick adalah media penyimpan yang dikembangkan oleh Sony. Tetapi pada CEATEC Japan kali ini Memory Stick menampilkan hasil produknya dalam satu stand terpisah dari Stand Sony. Memory Stick memamerkan mulai dari yang berkapasitas 128MB sampai 2 GB.

5. Victor, JVC
Victor menampilkan Victor Theater System. Bukan saja kualitas suara yang bagus 5.1ch, Sistem ini juga dapat digunakan sampai kualitas 7.1ch. Dengan kualitas suara yang bagus ini seakan-akan pengunjung berada di ruang bioskop. Selain itu Victor juga menampilkan Full Hi-Vision Big Screen EXE. Kelebihan dari EXE ini adalah Full Hi-Vision. Pada saat ini Digital Hi-Vision Broadcasting yang mempunyai Resolusi 1920x1080 harus dicompress dulu menjadi berukuran 1280x720(sekitar 920.000 dots), setelah itu baru ditampilkan di layar Hi-Vision. Sedangkan Full Hi-Vision yang dimiliki oleh EXE, Digital Hi-Vision Broadcasting dapat ditampilkan secara langsung, sehingga gambar yang dihasilkan adalah 1920x1080 (sekitar 2.070.000 dots). Gambar yang ditampilkan di Big Screen EXE akan semakin besar resolusinya dan akan semakin indah.

6. Panasonic
Yang terlihat jelas pada acara CEATEC ini, perusahaan-perusahaan display berusaha menampilkan hasil-hasil produknya. Dari produk display berukuran kecil sampai Display berukuran 70 inchi. Diantaranya, Panasonic menampilkan produk terbarunya, Viera berukuran 70 inchi. Selain itu, Panasonic juga menampilkan Plasma Display dari berbagai ukuran.

7. Blu-ray
Blu-ray menampilkan hasil-hasil film yang direkam dengan Blu-ray. Begitu pula selain gambar rekamannya yang bagus, suara rekamannya juga sungguh jernih. Selain theater yang menampilkan hasil rekaman Blu-ray, Stand ini juga memamerkan peralatan rekaman yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan yang mendukung format Blu-ray ini seperti Sony.

Secara kesuluruhan kesan yang dirasakan oleh penulis, sungguh terlihat perusahaan-perusahaan besar elektronik sudah mulai mempromosikan televisi generasi masa depan.

Mulai tahun 2011, jepang sudah mulai menghentikan siaran analog sehingga kebutuhan pada siaran digital akan mulai meningkat menjelang tahun 2011. Selain sistem yang akan berubah ke siaran digital, juga terlihat persaingan antar perusahaan dalam memproduksi televisi layar lebar. Dan saat ini rata-rata mereka baru mampu membuat Display berukuran 70 inchi.

Selama berlangsungnya Pameran ini, CEATEC Japan berhasil menyedot 199.680 pengunjung. Dan sebagai informasi terakhir, CEATEC Japan 2006 akan diadakan dari tanggal 3-7 Oktober 2006 di tempat yang sama di Makuhari Messe, Chiba.

Tulisan ini dimuat di : http://www.beritaiptek.com/pilihberita.php?id=120

[Seri IPTEK] Display 2005 di International FDP Expo

Yokohama, April 2005

Pada tanggal 20 April 2005 - 22 April 2005 telah diadakan 1st International Flat Panel Display Expo (1st Display 2005). Bertepatan dengan Expo ini ditempat yang sama yaitu Tokyo Big Sight juga diadakan 15th FPD R&D Manufacturing Technology Expo & Conference. Pada kesempatan ini penulis sempat berkunjung ke acara diatas pada tanggal 21 April 2005, dan mencatat beberapa teknologi mutakhir yang sedang dikembangkan oleh Perusahaan Elektronik di Jepang ini.

1. NEC
NEC membuat stand paling besar. Di stand ini dipamerkan aneka ragam display yang digunakan diberbagai bidang. Sebagai contoh NEC menampilkan display yang digunakan pada alat-alat rumah sakit, seperti diagnosa hasil rontgen tulang, tengkorak. Kita juga dapat melihat display yang digunakan untuk CAD/Computer Graphic, Broadcasting, FA Aplications/Measurement, POS Terminal/ATM Terminal, Mobile Applications.

2. Tohoku Pioneer
Tohoku Pioneer merupakan perusahaan yang pertama kali memperkenalkan OLED (Organic LED) pada pameran beberapa tahun terakhir. Pada Expo ini Tohoku Pioneer menampilkan OLED berukuran 2.4 inchi yang digunakan di Digital Camera merk Pioneer. Selain itu juga ditampilkan OLED pada beberapa Handphone dan juga radio kecil. OLED ukuran kecil 0.77 inchi juga ditampilkan pada Expo kali ini.

3. Sony
Sony menampilkan Televisi Proyektor terbesar saat ini yaitu 70 inchi. Terlihat banyak sekali pengunjung yang mengunjungi stand ini dan dengan antusiasnya banyak yang menanyakan proses dari Televisi Proyektor. Selain itu Sony juga menampilkan BackLight LED yang digunakan pada Televisi LCD dalam ukuran besar.

4. Sanyo-Epson
Sanyo-Epson juga menarik banyak pengunjung. Sanyo-Epson menampilkan 3 Dimensi Display berukuran 8 dan 12 inchi. Yang cukup menjadi pusat perhatian juga adalah Monitor yang sangat tipis (Ultra Thin Module). Ketebalan dari Monitor ini hanya 0.1 mm.

5. Canon-Toshiba
Yang menjadi pusat perhatian pada Expo ini adalah stan Canon-Toshiba. Seperti pada pameran CEATEC 2004, Canon-Toshiba memperkenalkan teknologi SED (Surface-conduction Electron-emitter Display). Pada pameran ini Canon-Toshiba membuat satu studio dimana pengunjung yang antri bisa sampai 100 orang. Rata-rata mereka menunggu 70 menit untuk sampai ke dalam Studio. Di dalam studio terdapat 3 jenis Display masing-masing, Plasma Display, SED dan LCD. Sambil membandingkan ke 3 Display tersebut, Narator memberikan penjelasan keunggulan-keunggulan dari SED. Diantaranya SED mempunyai waktu respon yang cepat sama dengan CRT Display. Ditampilkan huruf yang berjalan dari kanan ke kiri display. Plasma Display dan LCD meninggalkan gambar dibelakang huruf yang bergerak sehingga bentuk huruf tidak begitu jelas. Hal ini disebabkan waktu respon kedua display ini cukup lambat. Sedangkan SED menampilkan huruf yang jelas tanpa ada gambar dibelakang huruf tersebut. Warna kontras gelap 100.000:1 sedangkan warna kontras terang 85:1. Ditampilkan perhiasan putih diatas saputangan hitam. Dan warna hitam begitu bagus. Sedangkan Plasma display dan LCD tidak dapat menampilkan warna hitam yang pekat. Keunggulan dari SED ini juga terletak dalam menampilkan warna alami seperti warna hijaunya daun, warna coklat/kuning kulit manusia. Plasma Display dan LCD menampilkan warna kulit yang agak kekuningan dan sangat terang sekali, berbeda dengan warna kulit asli. Sedangkan SED menampilkan warna yang mendekati warna kulit. Daya listrik yang dibutuhkan SED juga lebih sedikit dibandingkan dengan Plasma Display dan LCD. Mengenai cara kerja SED dapat dilihat di Homepage Canon di : http://www.canon.com/technology/detail/device/sed_display/index.html

Tulisan ini dimuat di : http://www.beritaiptek.com/pilihberita.php?id=44

[Seri IPTEK] Display Kertas

Yokohama, Maret 2005

Perkembangan display dewasa ini sangat pesat sekali. Dimulai dari perkembangan CRT Display yang diproduksi untuk keperluan rumah tangga (Televisi) sampai LCD (Liquid Crystal Display) yang dipergunakan untuk keperluan pribadi dalam bentuk Laptop, Handphone, Digital Camera, Video Camera dan juga yang dipergunakan untuk kepentingan orang banyak misalnya di tempat-tempat keramaian seperti pengumuman di pasar swalayan, bandara, hotel-hotel dan rumah sakit.

Teknologi Tabung Brown (CRT Display) ditemukan pada tahun 1897, akan tetapi teknologi ini baru diadopsi sebagai penerima siaran televisi pada tahun 1926. Sejarah penemuan teknologi CRT sudah lebih dari 100 tahun dan memiliki kualitas gambar yang sangat bagus. Akan tetapi teknologi ini mempunyai satu kelemahan yaitu semakin besar display yang akan dibuat maka semakin besar pula tabung yang digunakan. Oleh karena itu, pada tahun 1970 mulai dikembangkan teknologi display yang mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan CRT Display. Keunggulan display tersebut adalah lebih ringan, lebih tipis, lebih hemat energi dan lebih kecil sehingga tidak memerlukan tempat yang luas untuk meletakkannya.

Flat Display Panel (FDP) Pada pertengahan tahun 1970-an mulai dikembangkan Flat Panel Display (FPD), diawali dengan penggunaan display pada kalkulator, alat-alat elektronik dan pengumuman di bandara. Pada saat itu FPD masih dalam bentuk segmen-segmen dan sampai tahun 1990-an belum ditemukan FPD yang Full Color. FPD mulai menjadi pusat perhatian setelah munculnya LCD (Liquid Crystal Display) yaitu FDP yang Full Color. FDP yang digunakan pada kalkulator FDP tersusun atas segmen-segmen. Sedangkan LCD (TFT) tersusun dari transistor-transistor yang banyak. Dengan adanya LCD Display ini kita dapat menghemat tempat karena tidak membutuhkan tabung yang lebar ke belakang. Mudah dibawa kemana-mana dan ringan. Dengan adanya teknologi LCD inilah akhirnya berkembang Personal Computer yang mobile (dapat dibawa kemana-mana) seperti Laptop atau notebook. Kita dapat bayangkan andaikata Teknologi LCD tidak ada tentu kita akan mengalami kesulitan ketika ingin mengadakan rapat. Kita harus mencatat semua pembicaraan ketika rapat di atas sehelai kertas dan menulis ulang dikomputer kantor atau rumah, kita akan mengalami kesulitan untuk mempresentasikan makalah di berbagai tempat dan di berbagai kesempatan.

Teknologi LCD tidak saja berkembang dibidang komputer akan tetapi teknologi ini hampir berkembang disemua peralatan elektronik yang menggunakan display, seperti Handphone, Digital Camera, Video Camera. Tak terasa ternyata perkembangan Flat Panel Display berkembang begitu cepat. Kita dapat melihat poduk-produk elektronik yang berbasis FPD di toko-toko seperti Televisi LCD, Televisi Plasma, Televisi Proyektor dll. Selain tidak memerlukan tempat yang luas karena tipisnya, FPD juga dapat dikembangkan dari display berukuran kecil seperti yang digunakan pada handphone, sampai display yang mempunyai layar lebar berukuran 50 inch keatas. Display berukuran lebar ini yang tidak dapat dibuat bila kita menggunakan Teknologi CRT Display.

FDP Masa Depan dan Organic Light Emitting Diode (OLED) Setelah kita melihat begitu pesatnya perkembangan LCD, sekarang kita dapat saksikan perkembangan FDP terbaru yang boleh kita katakan sebagai Flat Panel Display Masa Depan. Kenapa FDP terbaru ini kita namakan FDP Masa Depan ? Karena 5-10 tahun yang akan datang mungkin Teknologi LCD akan digantikan posisinya oleh FDP Masa Depan ini. FDP Masa Depan ini berbasis active matrix berteknologi Organic Light Emitting Diode (OLED).

OLED mulai mendapat perhatian orang banyak sekitar tahun 2000-an. Sebenarnya Pada tahun 1997, OLED sudah mulai diproduksi secara massal oleh salah satu Perusahaan Elektronik Jepang, Pioneer Tohoku. Akan tetapi pada saat itu Pioneer Tohoku baru dapat memproduksi Mono Color OLED Display. Pada tahun 1998 , Pioneer dan NEC sudah mulai memamerkan Full Color OLED pada satu acara Pameran Elektronik. Sedangkan OLED Display mulai terekspos melalui media massa adalah ketika Perusahaan Elektronik SONY memamerkan Full Color OLED pada acara Pameran Display bergengsi CEATEC 2001 (Combined Exhibition of Advanced Technologies-Providing Image, Information and Communications) pada tahun 2001 di Tokyo. Pada saat itu SONY memamerkan Display OLED berukuran 13 Inch. Selain SONY, Mitshubishi juga memamerkan OLED Display berukuran 5.5 Inch sedangkan Perusahaan Elektronik terbesar di Korea, Samsung memamerkan OLED Display berukuran 15.1 Inch. Pada tahun 2002, Toshiba juga sudah mulai memperkenalkan OLED Display berukuran 17 Inch.

Perbedaan LCD dan OLED Perbedaan LCD dan OLED diantaranya adalah untuk menayangkan gambar, LCD membutuhkan Back Light yaitu cahaya dari belakang Display. Andaikata tidak ada Back Light dibelakang LCD, maka LCD akan terlihat gelap dan gambar yang dibuat di dalam LCD tidak akan tampak oleh pemakai. Walaupun LCD sudah lebih tipis dibandingkan CRT Display akan tetapi LCD tetap memerlukan tempat untuk Back Light beberapa cm dibelakang Display.

Selain itu LCD juga membutuhkan energi yang besar untuk menghidupkan Back Light. Kelemahan LCD yang lain adalah sempitnya sudut pandang. LCD akan tampak indah bila dilihat dari depan display akan tetapi akan terlihat gelap bila dilihat dari samping.

Kelemahan-kelemahan yang ada pada LCD dapat dilengkapi oleh OLED Display. OLED dapat menghemat energi dan mempunyai sudut pandang yang lebih lebar dibandingkan dengan LCD, sekitar 180 derajat sudut pandang. OLED tidak memerlukan Back Light sehingga display dapat dibuat dengan ketebalan yang sangat tipis. Oleh karena itu OLED juga disebut-sebut dengan Paper Display (Monitor kertas). Perbandingan lainnya, LCD menggunakan back light sehingga kemampunan untuk membuat warna hitam pekat sangat terbatas. Ini mengakibatkan LCD tidak dapat menampilkan warna kontras dengan baik.

Berbeda dengan LCD karena OLED dapat mengeluarkan cahaya sendiri, OLED dapat menampilkan warna hitam pekat sehingga warna kontras dapat ditampilkan dengan indah. Dengan menggunakan teknologi OLED ini Laptop, Handphone, Digital Camera, Video Camera dan alat-alat elektronik yang menggunakan Display dapat dibuat lebih tipis dan lebih ringan. Bahkan dimasa yang akan datang, OLED Display dapat kita tempelkan di mana-mana, di dinding-dinding rumah kita, bahkan OLED Display juga dapat ditempelkan di baju kita. Sony memproduksi OLED Trend teknologi display dari LCD menuju OLED dapat kita lihat dewasa ini.

Pada bulan September 2004 lalu Sony mulai memproduksi OLED Display secara massal. OLED ini digunakan pada Clie PEG-VZ90 (Palm OS). Spesifikasi VZ90 ini diantaranya Display berukuran 3.8 inch dengan 65.000 warna Organic LED. Mempunyai resolusi 480x320 pixel dan rasio kontras 1000:1. Selain itu display juga mempunyai respon yang cepat dan sudut pandang sampai 180 derajat. Ini adalah Palm OS yang pertama kali yang menggunakan teknologi OLED. Sony mulai mengembangkan teknologi OLED sejak awal tahun 90-an. Dan mendemonstrasikan untuk pertama kalinya pada bulan Februari 2001. Pada saat itu SONY memamerkan OLED Display berukuran 13 Inch dengan ketebalan hanya 1.4mm. Active matrix OLED yang digunakan SONY dibuat dari material small molecule organic luminescent dan juga SONY telah mengadopsi Super Top Emission dan An all solid-state device strukture yang mempunyai keunggulan memproduksi warna berkualitas tinggi, rasio kontras yang tinggi serta panel yang sangat tipis dan mempunyai respon yang cepat. Selain Sony, baru-baru ini tepatnya tanggal 4 Januari 2005 Perusahaan Elektronik Terbesar di Korea, Samsung memperkenalkan Produk barunya yaitu Televisi OLED berukuran 21 Inch. Ini merupakan OLED Display terbesar yang di produksi secara massal. Teknologi OLED Samsung menawarkan tingkat pencahayaan (brightness) 400 lumens, resolusi 1600x1200 pixel dan rasio kontras 5000:1 serta cepatnya waktu respon yang membuat produk ini ideal untuk memampilkan resolusi HD untuk tampilan Video. Selain 2 perusahaan besar diatas, OLED juga mulai dikembangkan oleh Perusahaan Inkjet Printer EPSON. Tahun 2004 lalu EPSON memperkenalkan OLED Display berukuran 40 Inch. Teknologi OLED Display akan terus berkembang, dan mari kita tunggu apakah 5-10 tahun yang akan datang Teknologi OLED ini akan benar-benar menggantikan peran LCD yang sekarang menguasai dunia mobile seperti PDA, Handphone, Laptop, Digital Camera dan Video Camera.


Tulisan ini dimuat di : http://www.beritaiptek.com/pilihberita.php?id=34&PHPSESSID=1e12cc267b3f62de69eac0e5bb21928b

[Seri Berkarir bagian 4] Training Sebagai Penjual di Toko Elektronik

Yokohama, Desember 2005

Pada bulan november tahun ke 2 saya mendapat kesempatan untuk menjalani training di toko elektronik. Training di toko elektronik memang sudah secara rutin diberikankepada karyawan tahun ke 2. Biasanya diadakan menjelang liburan tahun baru dan juga liburan musim semi, karena saat-saat tersebut pengunjung toko sangat ramai. Di satu sisi pemilik toko mendapatkan tenaga baru dan di sisi lain karyawan sony mendapatkan pengalaman untuk terjun langsung menjual barang di toko.

Banyak hal yang bisa diambil dari training ini. Paling tidak bagi sayasendiri, untuk mempersiapkan training ini saya harus membaca berbagai katalog dari berbagai produk seperti radio, televisi, handycam, komputerdan barang-barang lain yang dijual di toko tersebut. Sehingga bila pembeli bertanya mengenai produk tsb saya bisa dengan lancar menjawabnya. Hal lain yang perlu dipelajari adalah membandingkan satu model dengan model yang lain.

Biasanya pembeli menanyakan apa kelebihan produk ini dengan produk itu. Kira-kira mana yang bagus. Apakah bisa discount, kalau beli barang ini apakah mendapatkan tambahan sebagai hadiah gratis, dll. Dalam menjelaskan itu semua, saya yang pada saat itu sebagai penjual harus bisa menerangkan sejelas mungkin apa kelebihannya dan apa kekurangannya. Walaupun selama kita training satu harian kita harus selalu berdiri di depan etalase dan bermuka senyum dan yang pasti lelah sekali, akan tetapi begitu pembeli akhirnya membeli barang yang kita telah jelaskan panjang lebar, ada kenikmatan yang saya rasakan dalam pekerjaan ini.

Saya mendapatkan kesempatan training di toko AVIC di yokohama. Toko AVIC ini hanya menjual barang-barang elektronik buatan sony, sehingga bila dibandingkan teman-teman lain yang kebetulan training di toko elektronik umum seperti Akihabara, Bic Camera dll, pekerjaan saya relatif lebih ringan karena hanya menerangkan barang-barang buatan sony. Tetapi kalau teman-teman di Akihabara, karena di toko tersebut juga dijual barang selain buatan sony, mereka juga harus membaca katalog dari produk-produk tersebut.

Training selama 3 pekan terasa cepat sekali berjalan, pagi-pagi sebelum toko dibuka, saya dan karyawan yang lain harus sudah datang 15-20 menit sebelumnya. Pekerjaan dimulai dengan chorei (meeting pagi), dimana pemilik toko menjelaskan tentang penjualanan kita kemarin dan menjelaskan pada hari ini barang-barang mana saja yang dijual secara spesial, misalnya untuk hari ini barang A dan barang B mendapatkan korting 10% atau pengumuman-pengumuman yang lain juga disampaikan pada acara chorei.

Setelah chorei selesai, kami mulai menyapu lantai, membersihkan debu-debu yang melekat di barang-barang yang dipajang, menyusun barang-barang agar enak dilihat pembeli. Dan begitu toko dibuka, mulailah kami mengatur raut muka untuk selalu senyum dan mempersiapkan diri untuk tetap bersabar.

Kenapa sabar sangat diperlukan? k

arena kadangkala ada pembeli yang sudah menanyakan suatu barang lama sekali tapi akhirnya tidak jadi membelinya. Dan ada juga model pembeli yang menanyakan suatu barang secara detail tapi tidak jadi membelinya. Akan tetapi beberapa hari berikutnya mereka kembali lagi. Mungkin mereka telah membanding-bandingkan barang tersebut di toko yang lain dan akhirnya kembali ke AVIC lagi.

Biasanya mereka yang kembali pada hari berikutnya akan mencari karyawan yang telah menjelaskan panjang lebar dihari sebelumnya, karena selain sudah kenal juga akan lebih enak bila ingin minta discount dll.

Tapi kadang ada juga pembeli yang sebelumnya sudah meninjau barang tersebut ditempat-tempat lain dan di AVIC mereka hanya melihat-lihat sebentar dan langsung membelinya.

Ketika ada pembeli yang datang, saya mulai dengan menjelaskan barang tersebut, Setelah pembeli sepakat untuk membelinya, pembeli akan saya ajak ke kasir dan saya sendiri yang menerima uang dan mengembalikan kembaliannya. Setiap barang yang saya proses di kasir saya selalu memasukkan kode pribadi saya, sehingga diakhir training Pemilik AVIC bisa mengetahui berapa besar barang yang terjual oleh saya. Begitu pula dengan karyawan tetap AVIC, mereka pun sebelum menggunakan kasir selalu memasukkan kode pribadinya. Konon jumlah barang yang terjual tiap-tiap karyawan akan mempengaruhi gaji dan bonusnya. Semakin banyak karyawan tersebut dapat menjual barang maka semakin mendapat point bagus dimata Pemilik Toko.

Ada kejadian yang cukup menarik. Suatu waktu ada orang asing yang berkunjung ke AVIC. Dia langsung mencari handycam yang paling mahal. Waktu itu kebetulan tinggal 1 buah saja handycam yang mahal, itupun barang yang dipajang di etalase. Tanpa bertanya macam-macam dia langsung minta ke saya untuk membelinya. Ketika sampai di kasir, setelah saya masukkan kode pribadi, pembeli tersebut mengatakan kalau ingin menggunakan kartu kredit. Tanpa rasa curiga saya ambil kartu kredit tersebut dan saya masukkan ke alat gesek kartu kredit.

Ee ... ternyata ketika digesek keluar signal error. Saya coba sekali lagi ... lagi-lagi error. Lalu akhirnya saya tanya ke salah seorang karyawan AVIC, bagaimana proses selanjutnya bila kartu kredit error terus. Karyawan AVIC langsung tanggap dan dia temui pembeli itu seraya berkata : "Kartu ini error jadi akan kami cek dulu ke pusat".
Pembeli tersebut langsung gugup dan berkata : "Oh ... gitu ya .. kalau begitu nanti deh saya bayar pakai cash ... Saya ambil dulu uang di bank di lantai bawah".
Dan sampai toko AVIC tutup orang tersebut tidak pernah datang lagi.

Karyawan AVIC menjelaskan kepada saya bahwa kadang ada orang yang mencoba membeli dengan menggunakan kartu kredit palsu, dan biasanya memilih barang-barang yang mahal. Bila terjadi error mereka tidak bersedia untuk dicek ke pusat. Sejak itu saya baru menyadari bahwa Pemilik Toko tidak bertanggung jawab apakah kartu tersebut palsu atau tidak, dan tidak ambil pusing apakah orang tersebut benar pemilik kartu kredit tersebut atau tidak. Selagi kartu kredit tersebut tidak error ketika digesek di alat pengecekkannya maka transaksi bisa dilakukan secara normal.

Oleh karena itu melalui tulisan ini bagi pemilik kartu kredit, bila suatu saat dompet kita hilang atau dicuri orang, kita harus sesegera mungkin memblokir kartu kredit kita agar tidak bisa dipakai oleh orang lain.
Apalagi di jepang, pemilik toko yang menerima pembelian dengan kartu kredit tidak pernah mencocokkan tanda tangan pembeli dengan tanda tangan yang ada dibelakang kartu kredit.

Untuk pembelian barang-barang diatas 150.000 yen biasanya kami sebagai trainee langsung memberikan transaksi tersebut kepada karyawan AVIC karena tanggung jawab menjual barang yang mahal tidak dibebankan untuk para trainee. Walaupun para trainee hanya diperbolehkan menjual barang-barang yang dibawah 150.000 yen, Alhamdulillah dalam waktu 3 pekan saya dapat menjual barang dengan total 2 juta yen lebih.

Selain saya dapat lebih memahami berbagai jenis produk, dengan adanya training ini saya dapat langsung bertemu dengan pembeli dan dapat mendengar langsung spesifikasi apa yang banyak diminati oleh para pembeli.
Demikian sekelumit cerita dari Toko Elektronik.


Tulisan ini dimuat di : http://www.pmij.org/article.php?id=170

[Seri Berkarir bagian 3] Karyawan baru dan menerima telpon

Yokohama, September 2005

Di divisi tempat aku bekerja, tahun itu hanya aku saja yang menjadi karyawan baru. Yang lainnya rekan kerjaku ada yang umurnya 2 tahun diatasku dan ada juga yang sudah berumur 50 tahun lebih. Memang berbeda dengan masa-masa kuliah dulu, dimana ketika kuliah mungkin teman-temanku rata-rata umurnya sama. Tetapi didunia kerja tidak seperti itu. Selain bekerja dengan serius akupun dituntut agar bisa menjaga hubungan baik dengan karyawan yang lain. Kalau dalam bahasa Inggrisnya menjaga "human relationship" atau bahasa jepangnya menjaga "ningen kankei".

Sebagai karyawan termuda aku mulai berusaha mengenal satu persatu nama-nama karyawan dalam satu divisi yang kurang lebih berjumlah 20 orang. Setelah kucoba beberapa lama ternyata cukup sulit juga menghafal nama karyawan di divisiku ini. Mungkin karena tempat duduk yang agak berjauhan satu sama lain. Sehingga aku hanya mengenal karyawan yang ada di dekat tempat dudukku saja.

Tetapi Alhamdulillah Allah memberikan cara untuk mengenal karyawan yang lain dengan cepat. Mungkin tidak ada peraturan tertulis, tetapi ada semacam kesepakatan bersama dimana aku sebagai karyawan baru harus tanggap bila ada telpon masuk ke divisiku. Kalau ada telpon yang masuk ke divisiku misalnya telpon dari divisi lain atau mungkin dari supplier, karyawan baru harus sebisa mungkin menjadi orang yang pertama mengambil telpon tersebut.

Bila telpon itu untuk si fulan maka aku harus memanggil si fulan yang mungkin duduknya berjauhan denganku agar si fulan tersebut mengambil telpon yang ditujukan untuknya. Bila si fulan sedang tidak ada ditempat aku harus menulis pesan mengenai telpon yang ditujukan kepadanya tersebut. Apakah penelepon akan menelpon kembali atau si fulan diminta menelpon si penelepon.

Setiap karyawan mendapatkan satu lembar kertas yang berisi nama karyawan dan dimana tempat duduk karyawan tersebut. Ternyata pekerjaan yang awalnya aku kira pekerjaan sepele ini sangat membantuku untuk mengenal nama-nama karyawan satu divisi. Begitu ada telpon masuk untuk si fulan, aku langsung mencari dimana si fulan duduk, dan setelah itu aku panggil si fulan agar dia menerima telpon tersebut.

Dalam waktu singkat alhamdulillah aku sudah dapat mengetahui tempat duduk si fulan beserta nama dan wajahnya. Begitulah memang, kadang ada hal-hal yang dianggap sepele tetapi sebenarnya banyak manfaat yang terkandung didalamnya. Bermula dari menyampaikan telpon yang datang, akhirnya komunikasi dapat berjalan lancar, walaupun tempat duduknya jauh dariku dan umurnya mungkin berjarak 20 tahunan lebih tua. Alhamdulillah aku dapat bergaul dengan mereka dengan baik.

Ada satu hal yang cukup menarik ketika menerima telpon di kantor. Sebagai ilustrasi, ada telpon dari supplier yang ditujukan untuk Mr.Isogawa, manager tempatku bekerja.

Penelepon : "Moshi-moshi ... apakah saya bisa berbicara dengan Isogawa san ?

Aku : "Haik, Isogawa san desu ne !" (san artinya Mr. atau Pak) soso omachi kudasai ... (tunggu sebentar)

Penelepon : "Haik ..."

Ternyata jawaban aku diatas tidak dibenarkan.Mengapa demikian ?

Karena ketika aku menjawab :

"Haik, Isogawa san desu ne !"

seharusnya aku menjawabnya :

"Haik, Isogawa desu ne !"

Isogawa san adalah manager tempat aku bekerja, sehingga bila lawan bicara aku adalah supplier dari perusahaan lain, aku tidak diperbolehkan menggunakan kata "san" diakhir nama managerku. Managerku adalah bagian dari tempat kerjaku sehingga tidak perlu menambah kata "san".

Pada awalnya aku cukup canggung untuk mengatakan Isogawa saja tanpa menggunakan "san" dibelakang nama beliau. Karena beliau adalah managerku, yang tentunya kalau di negara kita di Indonesia, bila ada bawahan yang mengatakan nama managernya tanpa kata "Pak" mungkin manager tersebut akan marah sekali.

Tapi Alhamdulillah karena lama-lama terbiasa dan aku mulai memahami kebudayaan Jepang dimana ketika kita berbicara dengan orang diluar perusahaan kita, kita tidak boleh menggunakan panggilan "san" diakhir nama karyawan perusahaan kita tersebut. Karena dia adalah bagian dari kita. Walaupun karyawan tersebut bos kita atau manager kita, tetap tidak diperbolehkan menggunakan "san" dibelakang namanya.

Begitulah sekelumit cerita tentang menerima telpon diawal aku bekerja.
Kebahagiaan aku dalam bekerja tidak hanya dari jenis pekerjaan atau pendapatan yang aku peroleh, tetapi kebahagiaan itu adalah ketika aku bisa bergaul dengan baik dalam satu komunitas, yaitu lingkungan tempat aku bekerja.

Tulisan ini dimuat di : http://www.pmij.org/article.php?id=150

[Seri Berkarir bagian 2] Masa Percobaan

Yokohama, Agustus 2005

Tahun anggaran Jepang dimulai pada bulan April. Tak heran bila aku pun memulai karir di perusahaan Jepang pada bulan ini. Tiga bulan pertama menjadi masa percobaan. Asalkan tak ada masalah serius dan lulus masa percobaan, sudah sewajarnya status akan naik menjadi pegawai tetap.

Dalam masa percobaan, calon pegawai tetap (^-^; ) tidak diperkenankan untuk bekerja overtime, memulai dan mengakhiri pekerjaan harus sesuai dengan jadwal resmi. Misalnya, masuk jam 09:30, pulang jam 18:00. Pekerjaan selesai atau tidak, pegawai baru harus meninggalkan kantor. Tugas yang belum selesai dilanjutkan keesokan harinya. Pada masa percobaan ini aku bisa sampai rumah sekitar pukul 19:30 sehingga tersedia cukup waktu untuk bermain-main dengan anak atau berbincang-bincang dengan istri di rumah.

Tiga bulan pertama dibagi menjadi 2 sesi, 1 bulan pertama aku menghadiri presentasi dan beberapa training yang memang sudah disiapkan untuk pegawai baru. Sedangkan 2 bulan berikutnya aku mulai bekerja dikantorku. Robotik yang menjadi latar belakang pendidikanku semasa kuliah ternyata belum mencakup semua materi yang akan menjadi bagian pekerjaanku. Masih banyak hal-hal baru yang harus aku pelajari, seperti signal video, LCD, Core IC pada handycam, dll.

Pada masa percobaan, karyawan baru mendapatkan tugas untuk mengerjakan satu tema pekerjaan yang nantinya akan dipresentasikan di depan para Manager dan teman seangkatan. Tema pekerjaan ini cukup menantang bagiku karena banyak hal yang baru harus bisa aku aplikasikan, contohnya mendesign rangkaian listrik, mensimulasikan rangkaian tersebut dan memesan part-part yang diperlukan.Tentunya selain masalah pekerjaan, akupun harus mempelajari perusahaan-perusahaan mana saja yang biasa Sony gunakan sebagai supplier. Akupun belajar bagaimana cara membayar barang pesanan atas nama Sony, dll.

Pekerjaan-pekerjaan ini mungkin tak ada hubungannya dengan masalah teknik, tetapi pekerjaan ini ternyata berguna di kemudian hari ketika aku harus melakukan pekerjaan seorang diri. Dalam menyelesaikan pekerjaan ini, aku mendapatkan banyak pengarahan dari tutorku yang 3 tahun lebih dulu masuk Sony. Dia sangat semangat dalam membantuku, akupun tak akan lupa atas bantuannya. Dengan bantuannya aku bisa mempresentasikan pekerjaan pertamaku di Sony dengan lancar.

Setelah 3 bulan melalui masa percobaan, Alhamdulillah aku dinyatakan lulus.Sudah menjadi tradisi, pegawai-pegawai satu departemen mengadakan acara semacam welcome party untuk menyambut para pegawai tetap yang baru saja lulus masa percobaan. Senang sekali aku menjadi pegawai tetap. Mulai bulan Juli aku sudah bisa bekerja overtime, sehingga target pekerjaan yang harus diselesaikan, bisa dituntaskan tanpa menambah kewajiban di keesokan hari.

Tulisan ini dimuat di : http://www.pmij.org/article.php?id=138

[Seri Berkarir bagian 1] Awal Berkarir di Jepang

Yokohama, Juli 2005

Sudah 4 tahun kulewati pekerjaan rutinku di kantor yang sesuai denganbidangku yaitu handycam dan digital camera. Sejenak aku merenung dan mengingat-ingat lagi masa-masa awal aku bekerja di sini.

Sebenarnya tidak ada rencana untuk menulis pengalaman ini, akan tapi setelah aku pikir-pikir lagi, sayang juga pengalaman awal karirku kulupakan begitu saja. Setelah selesai studi Masterku di Yamanashi Univesity, aku melanjutkan karir dengan bekerja di perusahaan elektronik yang cukup besar di negara sakura ini, yaitu Sony Corporation. Perusahaan ini memang menjadi pilihan pertamaku ketika aku mendaftar ke beberapa perusahaan di Jepang. Alhamdulillah setelah melewati seleksi di universitas, akhirnya aku mendapatkan rekomendasi dari sekolah untuk mengikuti ujian di perusahaan ini.

Ujiannya tidak begitu sulit, hanya ujian SPI, wawancara dengan bagian personalia dan presentasi mengenai riset yang sekarang sedang kita kerjakan di Universitas.
Mengenai bidang pekerjaan di perusahaan, memang agak sedikit berbeda dengan bidang yang telah kupelajari di universitas. Sejak aku datang di Jepang, semasa kuliah di college dan universitas aku mengambil bidang robotiks. Akan tetapi menjelang saat-saat memilih perusahaan aku kembali berfikir apakah bidang robotiks ini berguna di Indonesia, bagaimana prospek kerja di bidang ini di Indonesia dan lain-lain. Yang pada akhirnya, aku memutuskan untuk memilih bidang elektronik yang lain selain robotiks. Pada saat itu aku putuskan untuk memilih bidang yang sedang menjadi trend yaitu bidang handycam dan digital camera.


Ketika aku menulis surat lamaran kerja, aku memilih bidang handycam dan digital camera, dan Alhamdulillah ternyata Allah mengabulkan permohonanku dan perusahaan menempatkan aku sesuai dengan bidang yang aku minati. Bagianku di Handycam dan digital camera, tepatnya di bagian Panel/Display dari Handycam atau Digital Camera. Hari pertama aku bekerja, aku belum masuk ke bagian tempat aku bekerja. Untuk satu pekan pertama, aku mendapatkan pengarahan dan orientasi mengenai perusahaan Sony. Orientasinya bertemakan macam-macam, mulai dari perkenalan produk sony saat ini, mengenai Bagian Riset berteknologi mutakhir bahkan sampai kepada masalah paten yang begitu penting bagi suatu perusahaan.
Mengapa disebut penting ? karena ketika kita memproduk suatu barang, jangan sampai produk kita ini terkena paten dari perusahaan lain yang menyebabkan kita harus membayar paten tersebut. Oleh karena itu presenter sangat menyarankan agar bila dalam bekerja kita menemukan hal-hal yang baru, kita harus cepat-cepat mematenkan temuan kita ini. Aku bersama teman satu angkatan yang berjumlah 600 orang lebih mengikuti orientasi demi orientasi. Tak terasa waktu masuk kerja mulai dari jam 09:00 selesai jam 05:00 berjalan begitu cepat. Dan dalam satu pekan ini pekerjaanku hanya diisi dengan mendengarkan berbagai presentasi-presentasi.

Setelah 1 pekan aku lalui dengan baik, masuklah aku ke pekan kedua, yaitu masa-masa training. Aku mendapatkan training yang cukup unik. Aku dilatih bagaimana cara kita berjalan, bagaimana cara ketika kita menerima telpon di kantor dan bagaimana cara ketika kita memberi kartu nama atau menerima kartu nama dari orang yang baru kita kenal. Cara-cara ini tertulis di dalam buku panduan yang dibagikan kepada semua peserta training. Selain penjelasan tertulis buku ini juga penuh gambar-gambar yang memudahkan peserta dalam memahaminya. Sebagai contoh, di dalam buku ini dijelaskan dan digambarkan bagaimana bila kita bepergian dengan atasan atau tamu. Bila kita naik mobil atau naik kereta dimana kita harus duduk, dan dimana atasan atau tamu kita persilakan duduk. Bila naik mobil siapa yang lebih didahulukan masuk mobil dll.

Hal lain yang kudapat dari training ini adalah bagaimana cara kita menerima telpon di kantor, bagaimana cara ketika atasan sedang tidak ada di tempat, bagaimana cara menolak telpon yang tidak diketahui orangnya. Adapula training bagaimana ketika kita menerima tamu. Berapa derajat kita harus membungkukkan badan, kata-kata apa yang harus kita ucapkan dll. Semua training ini diajarkan oleh trainer profesional dan setelah para trainer menjelaskan suatu topik, kami satu persatu diminta untuk mempraktekkannya langsung.

Dua pekan sudah aku lewatkan dengan baik. Dua pekan ini kerjaku hanya diisi dengan orientasi-orientasi dan beberapa training. Kini tibalah saatnya aku datang ke tempat kerjaku. Di sana aku disambut oleh semua pegawai yang kira-kira berjumlah 20 orangan. Aku mendapatkan 1 meja, 1 kursi, 2 rak buku dan 1 komputer. Diatas meja ada sehelai kertas bertuliskan "Welcome Endrianto Djajadi". Pada hari pertama aku bekerja, seperti dua pekan yang, aku diharuskan mengenakan Jas. Ya ... untuk satu bulan ini aku harus mengenakan jas seperti salaryman betulan. Ada penelitian yang menerangkan bahwa ada perasaan kepercayaan diri ketika kita menggunakan jas dibandingkan ketika kita menggunakan baju biasa. Sedikit cerita tentang Jas, ada hal yang cukup menarik. Aku mengenakan jas ketika awal-awal masuk bekerja. Kemudian kesempatan lainnya adalah ketika berkunjung ke perusahaan lain. Selebihnya aku tak pernah pakai jas lagi. Memang ditempatku bekerja, kami diberi kebebasan sebebas-bebasnya. Oleh karena itu tak perlu heran andaikata kalau di Sony banyak kita jumpai pegawai yang rambutnya pirang, celananya bolong-bolong, bahkan ada seorang manager yang kesehariannya hanya memakai baju oblong saja. Kecuali kalau ada meeting mereka agak sedikit rapi. Kadang istriku berkata :

"Kok nggak ada bedanya nih penampilannya, masih seperti mahasiswa saja ....".

Ya ... memang begitulah suasana di tempat kerjaku. Akan tetapi tidak semuanya begitu, ada beberapa orang teman yang aku lihat selalu memakai jas, setiap hari dan sampai sekarang. Aku pernah tanya ke dia, "Eh .. kok kamu pakai jas terus ? Apa selalu ketemu orang dari perusahaan lain ?" Dia jawab, "Nggak juga sih". Dia memang suka pakai jas, mungkin alasannya seperti yang aku tulis diatas ... dapat menambah kepercayaan diri.

Kembali bercerita tentang pengalaman awal berkarir di perusahaan, setelah masuk dihari pertama aku diperkenalkan dengan seorang pegawai Jepang yang terlihat masih muda. Ya .. dia adalah tutorku untuk setahun ini. Dia berumur 3 tahun diatas aku dan banyak sekali ilmu yang dia berikan kepadaku. Untuk 2 pekan ini aku kembali mengikuti training di kantor. Dari 600 orang pegawai satu angkatan, ada sekitar 24 orang yang bekerja sebidang denganku yaitu Handycam dan Digital Camera. Dari 24 orang ini ada yang masuk ke bidang Display seperti halnya aku, ada ke bidang pengembangan IC dan ada juga yang masuk ke bidang design serta Software.

Kami yang berjumlah 24 orang ini, juga mengikuti training mengenai handycam dan digital camera selama 2 pekan. Misalnya, training bagaimana membongkar handycam kemudian merakitnya kembali, ada juga materi-materi dasar seperti format TV, NTSC, PAL, SECAM, Bagaimana proses perekaman handycam bila menggunakan kaset, perekaman bila menggunakan DVD. Materi tentang Display, Warna dan lain-lain. Training ini memberikan ilmu dasar agar kami yang baru masuk kerja ini setidaknya mempunyai ilmu dasar yang sama. Training ini sungguh berguna bagi kami untuk memahami pekerjaan-pekerjaan yang akan kami terima setelah masa training ini berakhir. Kalau di perusahaan-perusahaan, training seperti ini sering disebut OJT (On Job Training). Diawal aku bekerja, setiap hari aku harus membuat laporan yang ditujukan ke manager dan juga di cc kan ke tutorku. Setiap hari apa yang sudah aku kerjakan, dan apa rencana yang akan aku kerjakan besok. Laporan ini dicek oleh manager dan tutor bahkan kadang-kadang tutorku memberikan masukan kepadaku apa yang harus aku kerjakan untuk besok. Mana yang perlu dikerjakan terlebih dahulu dst.

Tulisan ini dimuat di : http://www.pmij.org/article.php?id=134