Tuesday, December 26, 2017

[SKJ : Sharing Kehidupan di Jepang ke 17] Mengasah Skill Analog

[SKJ : Sharing Kehidupan di Jepang ke 17]  Mengasah Skill Analog

Oleh : Endrianto Djajadi

Sahabat2 ... Sering kita mendengar istilah analog dan digital. Di masa modern ini kesan dari digital sepertinya lebih keren dan lebih wah dibandingkan yang analog.

Contohnya, beberapa tahun terakhir di Jepang TV-TV migrasi dari TV Analog ke TV Digital, walaupun bagi pemilik TV analog masih bisa memconvert tv-nya sehingga bisa menyaksikan siaran digital.

Di bidang lain kita sudah sulit sekali bahkan tidak akan menemukan mahasiswa yang membuat skripsi dengan tulisan tangan. Semua sudah pakai komputer. Kalau ada penulisan atau ksta-kata yang salah tinggal delete lalu ganti dengan kata-kata yang benar. Tidak perlu lagi Tip-Ex (sekarang apa masih ada barang ini ya?) yang berguna untuk menutupi tulisan kita yang salah.

Apakah semua yang digital lebih wah dari yang analog?

Ternyata tidak ...

Beberapa tahun yang lalu kebetulan saya menjadi ketua RT di apartemen saya. Ketua RT ini salah satu tugasnya menjadi panitia di acara-acara yang dibuat oleh RW setempat. Misalnya latihan gempa, nobar film kartun untuk anak-anak SD, festival musim panas, festival olah raga dll.

Salah satu acara yang diadakan setiap awal tahun adalah acara : Kakizome. Kakizome adalah kompetisi menulis huruf kanji dengan indah menggunakan kuas.

Tentang Kakizome bisa dilihat di :
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Kakizome

Acara ini diadakan di Hall sebuah SD dan diikuti hampir 100 anak SD yang tinggal di sekitar SD tersebut.

Pada acara pembukaan, ketua panitia menjelaskan tentang pentingnya mengasah kemampuan menulis kanji. Ada kebudayaan Jepang yaitu mengirimkan Kartu Tahun Baru (Nengajo) kepada kerabat-kerabatnya, kepada bos di kantor dll. Ini mirip2 dengan kebudayaan kita ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri zaman dulu. Kenapa saya katakan zaman dulu? Karena sekarang hampir tidak ada di antara kita yang mengirimkan Kartu Lebaran dengan menggunakan kartu pos, semua serba digital dan semua tinggal copy paste dan kita hanya mengubah nama kerabat, alamat email atau alamat facebooknya.

Tetapi berbeda dengan Jepang, mereka tetap mengirim Kartu Tahun baru atau Nengajou dalam bahasa Jepangnya melalui pos. Bagi yang punya kolega yang banyak, bisa ratusan kartu pos yang mereka kirim. Hal ini untuk menjaga hubungan agar tetap uptodate keadaan diri dan alamat rumah.

Ketua panitia menyampaikan akan pentingnya melatih skill dalam menulis kanji. Akan berbeda rasanya ketika kita menerima Nengajo hasil print-an dari komputer dibandingkan tulisan dengan tangan. Tulisan tangan lebih terasa dekat bagi kita.

Selain Kakizome, Jepang berusaha melestarikan budaya menulis kanji ini dengan memasukkannya sebagai mata pelajaran di SD.
Dalam setahun ada acara di SD Jepang yang namanya Jugyou sankan. Acara ini diadakan hari Sabtu. Anak-anak belajar seperti biasa dan para orang tua diminta untuk datang ke sekolah untuk melihat keadaan anak-anaknya ketika mengikuti pelajaran di sekolah.

Pada acara Jugyou sankan ini lah guru-guru menampilkan hasil karya anak-anak muridnya dalam menuliskan kanji.

Saya pernah mendapatkan  kesempatan untuk melihat hasil2 karya putra putri saya di sekolah.

Putra saya anak ke 2 yang waktu itu kelas 6 SD menulis kanji yang judul kanjinya : 夢の実現 yang artinya "Realisasi cita-cita"

Putri saya anak ke 3 yang waktu itu kelas 5 SD, judul kanjinya : 美しい空 yang artinya "Langit yang Indah"

Tema-tema kanji yang diangkat sangat menarik dan memberikan motivasi kepads anak-anak.

Demikian sedikit cerita tentang bagaimana Jepamg menjaga budayanya yang tentu saja Analog di tengah-rengah zaman modern dan zaman serba digital.

Yokohama, 26 Desember 2017

--- oOo ---

Penulis : Endrianto Djajadi, M.Eng
Pengamat kehidupan di Jepang.
Datang ke Jepang 1 Oktober 1993. Setelah menyelesaikan studi d3, S1 dan S2 bidang Teknik Elektro khususnya Robotics, melanjutkan bekerja sebagai Quality Assurance Engineer di perusahaan pembuat Display LCD untuk smartphone di Jepang sampai sekarang.
Tulisan-tulisannya bisa dibaca di : http://www.endrianto-djajadi.blogspot.com

Sunday, December 24, 2017

[Opini] Dapatkah Warga Jepang bertahan ?


[Opini] Dapatkah Warga Jepang bertahan ?

Oleh : Endrianto Djajadi

Tahun ini tahun terendah angka kelahiran warga Jepang. Tahun ini lahir 941.000 bayi. Warga yang meninggal 1.344.000,  jadi tahun 2017 ini berkurang penduduk Jepang 403.000 orang. Ini angka terbanyak selama ini dan terus bertambah cepat berkurangnya warga Jepang dari tahun ke tahun.

Jepang sendiri mengalami penurunan jumlah penduduk  11 tahun berturut-turut belakangan ini secara cepat. Prediksi di tahun  2065 penduduk Jepang sekarang di tahun 2017 berjumlah 127.090.000 orang menjadi 88.080.000 orang. Artinya 50 tahun lagi penduduk jepang berkurang 40 juta-an.

Di sisi lain, banyak warga asing yang mempunyai anak di Jepang yang salah satunya pasangan warga negara Indonesia. Ada yang melahirkan 3 anak bahkan ada yang sampai 5 anak.
Saya pernah katakan kepada teman Jepang, kalau penurunan warga negara Jepang tidak dicarikan solusinya maka secara alami 50 tahun lagi mungkin setengah penduduk yang tinggal di Jepang adalah warga asing.

Kalau saja saya ada kesempatan memberikan usulan kepada pemerintah Jepang, saya akan memberikan masukan bagaimana cara menambah penduduk Jepang. Ada 2 usulan dari saya, yaitu:

1. Banyak pasangan Jepang yang tidak ingin punya anak banyak. Padahal dulu banyak keluarga yang punya anak banyak. Salah satu penyebabnya adalah mengenai beratnya biaya pendidikan anak-anak. Memang untuk biaya SD dan SMP Negeri cukup murah bahkan boleh dikatakan gratis. Karena SD dan SMP wajib belajar di Jepang. Masuk ke SMA Negeri sekitar 20.000 yen per bulan. Kalau SMA Swasta sekitar 70.000 per bulan. Ketika anak-anak masuk Universitas dan kos2 an paling tidak perbulan perlu mengirim uang bulanan 100.000-150.000.
Itu belum termasuk biaya kuliah per semester sekitar 220.000-240.000 untuk Universitas Negeri dan di atas 500.000 an untuk Universitas Swasta. Padahal gaji pegawai Jepang kisaran 250.000-400.000 per bulan.
Intinya adalah orang Jepang khawatir dengan biaya sekolah anak-anaknya bila mempunyai anak yang banyak. Salah satu faktornya adalah karena mereka tidak ada beasiswa seperti mahasiswa-mahasiswa asing. Mereka hanya memiliki sistem loan yang harus dikembalikan ketika sudah bekerja. Kecuali bila mereka menjadi pegawai pemerintah mereka tidak perlu mengembalikan loan tersebut.

Usulan dari saya, bagaimana kalau biaya pendidikan diturunkan atau pemerintah Jepang memberikan beasiswa untuk warganya. Biaya kuliah digratiskan sehingga anggapan bahwa banyak anak akan sulit biaya pendidikannya akan hilang.

2. Biaya apartemen di Jepang cukup mahal. Hampir 1/3 gaji kita digunakan untuk membayar apartemen. Olehkarenanya, dengan memberikan subsidi perumahan kepada warga Jepang, diharapkan dapat menjadi stimulus agar mereka bisa mempunyai anak lebih dari 2. Sehingga dengan demikian pertumbuhan jumlah kelahiran bisa ditngkatkan.

Demikian sekilas opini mengenai jumlah penduduk Jepang di akhir tahun 2017 ini.

--- oOo ---

Penulis : Endrianto Djajadi, M.Eng
Pengamat kehidupan di Jepang.
Datang ke Jepang 1 Oktober 1993. Setelah menyelesaikan studi d3, S1 dan S2 bidang Teknik Elektro khususnya Robotics, melanjutkan bekerja sebagai Quality Assurance Engineer di perusahaan pembuat Display LCD untuk smartphone di Jepang sampai sekarang.
Tulisan-tulisannya bisa dibaca di : http://www.endrianto-djajadi.blogspot.com


Tuesday, December 12, 2017

[SKJ : Sharing Kehidupan di Jepang ke -16] Autogate di airport

[SKJ : Sharing Kehidupan di Jepang ke -16] Autogate di airport

Oleh : Endrianto Djajadi

Kembali hadir di tengah-tengah sahabat-sahabat sharing tentang kehidupan di Jepang. Semoga bermanfaat.

Karena sebentar lagi masuk liburan musim dingin tentunya ada yang sudah punya rencana traveling ke luar Jepang.

Nah, pernahkah sahabat-sahabat antri panjang di Imigrasi Narita atau Haneda Airport? Tentu antri panjang menghabiskan waktu dan tenaga.

Ada satu cara agar sahabat-sahabat bisa cepat lewat di pemeriksaan Imigrasi.

Ya... Autogate (AG) Imigrasi.

Untuk bisa menggunakan AG kita harus mendaftarkan dulu paspor kita di Haneda atau Narita Airport. Pendaftaran mulai jam 08:00-20:00. Tempat pendaftaran ada di ruang tempat kita antri di Imigrasi atau di dekat Counter (masih di luar Imigrasi). Seingat saya di Narita ada di dalam dan di luar. Kalau Haneda perlu dicek ada di luar atau tidak. Karena  ada di luar artinya walaupun tidak berniat traveling misalnya mengantar atau menjemput tamu, sahabat-sahabat bisa mendaftar AG ini.
Nanti di bagian belakang paspor akan ditempel Barcode untuk AG. Sekali kita mendaftarkan paspor kita, Barcode bisa dipakai di Narita dan Haneda Airport sampai masa berlakunya paspor.

Alat AG letaknya di ruang imigrasi di pojok kanan atau pojok kiri. Biasanya kalau antrian sedikit saya menggunakan Imigrasi yang biasa untuk antri, tetapi ketika antrian panjang saya menggunakan Autogate.

--- oOo ---

Apa keuntungan AG?

AG ini boleh dikatakan jalur super cepat untuk melewati pemeriksaan imigrasi. Jalur ini sangat spesial sehingga menjadi prioritas pertama. Walaupun namanya Autogate, tetap saja ada petugas imigrasi yang mengecap paspor kita yang menandakan kita keluar dari Jepang.

Saya punya satu cerita yang cukup menarik dan saya sendiri cukup terkejut.

Petugas imigrasi tidak selalu stand by di pintu AG. Bila ada orang asing seperti kita, petugasnya baru datang.

Nah, satu waktu, antrian di jalur biasa sangat panjang dan di sebelah AG ada antrian orang-orang Jepang yang sedang antri.
Saya coba AG dan dengan tiba-tiba petugas Imigrasi yang sedang melayani antrian orang Jepang menghentikan pemeriksaannya dan langsung pindah ke pintu AG untuk melayani saya. Setelah itu petugas kembali ke antrian orang-orang Jepang melanjutkan pemeriksaannya.

Bisa sahabat-sahabat lihat begitu dahsyatnya AG sehingga petugas Imigrasi langsung menghentikan tugasnya dan segera melayani kita di AG.

Bagi sahabat-sahabat yang membawa anak bayi atau anak kecil yang belum bisa meraih alat pemeriksa sidik jari, anak tersebut bisa ikut bersama orang tuanya melalui AG.

-- oOo ---

Ketika mendaftar AG ini, bila paspor errror ketika discan, silakan mendaftarkan secara manual. Untuk tempat mendaftarkan Autogate ada beberapa lokasi baik sebelum masuk cek Xray atau diantara cek Xray dan pemieriksaan paspor di imigrasi.
Untuk tempat mendaftar AG dan jam buka countermya bisa dilihat di :
http://www.moj.go.jp/nyuukokukanri/kouhou/nyuukokukanri07_00015.html

Cara menggunakan AG sangat mudah.
1. Ada lampu sorot di meja berwarna merah ke arah bawah. Kita letakkan Barcode AG kita untuk dibaca mesin.
2. Setelah itu kita pilih kembali sebelum setahun atau tidak.
3. Diminta meletakkan kedua jari telunjuk untuk rekam sidik jari.
4. Pintu imigrasi terbuka dan kita berikan psspor dan Resident Card Jepang ke petugas Imigrasi.
5. Petugas mengecap paspor kita dan pemeriksaan selesai.

Sebagai referensi silakan kunjungi web berikut ini :

https://www.japantimes.co.jp/news/2016/11/01/national/frequent-visitors-can-now-use-automated-immigration-gates-airports/#.Wi_e3z0azCQ

http://www.immi-moj.go.jp/ttp2/en/index.html

Demikian sekilas informasi tentang Autogate di airport. Selamat mencoba dan selamat menikmati liburan musim dingin.

Shenzhen, 13 Desember 2017

--- oOo ---

Penulis : Endrianto Djajadi, M.Eng
Pengamat kehidupan di Jepang.
Datang ke Jepang 1 Oktober 1993. Setelah menyelesaikan studi d3, S1 dan S2 bidang Teknik Elektro khususnya Robotics, melanjutkan bekerja sebagai Quality Assurance Engineer di perusahaan pembuat Display LCD untuk smartphone di Jepang sampai sekarang.
Tulisan-tulisannya bisa dibaca di : http://www.endrianto-djajadi.blogspot.com

Saturday, December 09, 2017

[SKJ : Sharing Kehidupan di Jepang ke-15] Jalan-jalan paket hemat di Jepang

[SKJ : Sharing Kehidupan di Jepang ke-15] Jalan-jalan paket hemat di Jepang

Oleh : Endrianto Djajadi

Tak terasa kita sudah di penghujung bulan Desember, bulan liburan musim dingin. Apakah sahabat-sahabat sudah punya jadwal akan pergi jalan-jalan kemana?

Semoga informasi di bawah ini bermanfaat dalam menyusun rencana liburan akhir tahun.

--- oOo ---

Tahukah sahabat-sahabat berapa biaya transportasi dari Tokyo ke Hokkaido pulau di Jepang Utara atau Kyushu pulau di Jepang Selatan naik kereta lokal atau kereta super cepat Shinkansen?
Ya ...  di atas 10.000 yen atau sekitar lebih dari 1.2 juta rupiah sekali jalan. Cukup mahal. Tetapi saya pernah ke Sapporo ibukota Hokkaido bulan Desember 1993 hanya dengan 4600 yen dan ke Kyushu bulan Agustus 1994 hanya mengeluarkan biaya 2500 yen.

Bagaimana caranya?

JR (Japan Railway) adalah salah satu perusahaan kereta di Jepang yang menawarkan tiket yang super murah untuk orang-orang yang suka travel dalam jarak yang cukup jauh. Nama tiket itu adalah Seishun Juuhachi Kippu (SJK) atau Seishun 18 Ticket.

SJK dijual di counter JR di statiion- station hanya ketika musim liburan, yaitu ketika liburan musim dingin sekitar Desember, musim semi sekitar Maret dan musim panas sekitar Juli. Setiap musim ada periode berlakunya dari tanggal xxx sampai tanggal xxx.

SJK harganya 11.500 yen terdiri dari 5 tiket dalam 1 lembar. Bisa kita pakai 5 kali di dalam masa berlakunya atau kita pakai sekali untuk 5 orang dalam satu waktu. Artinya 1 tiket berlaku untuk 1 orang dalam 1 hari. Sehingga bila kita punya 5 tiket kita bisa pakai untuk 5 hari. Dalam 1 hari kita bisa naik kereta sepuas kita dari jam 00:00 dinihari sampai besoknya jam 00:00. Kita bisa keluar masuk station atau kota yang ingin kita singgahi sepuas kita. Misalnya kita ingin pergi dari Tokyo menuju Hiroshima dan kita ingin singgah dan foto-foto dulu di Nagoya selama 1 jam, Osaka 1 jam, Kyoto 1 jam, Kobe 1 jam, semua itu bisa kita lakukan dengan menggunakan tiket SJK. Yang penting masih dalam hari yang sama kita bisa keluar masuk station kapan saja dan dimana saja. Bila kita singgah di Osaka dan menginap 1 malam kemudian baru meneruskan travel ke Hiroshima hari berikutnya, kita harus menggunakan 1 tiket lagi.

Karena harga SJK itu 11.500 untuk 5 tiket, 1 tiket harganya hanya 2300 yen. Andaikata kita hanya memakai 2 tiket, kita bisa menjual 3 tiket sisanya ke teman kita atau toko-toko penjual tiket di beberapa tempat seperti dekat Shinjuku Station, Shibuya dekat Loft dll. Selain itu ada juga forum di internet untuk jual beli tiket sisa ini. Misalnya kita hanya perlu 2 tiket dari 5 tiket dan waktu berlaku tinggal beberapa hari lagi, tentu lebih baik 3 tiket sisa kita jual dengan harga miring dibandingkan tiket tersebut hangus. Misalnya sisa 3 tiket harganya 2300x3 = 6900. Kita bisa jual hanya dengan harga 5000 yen. Kita untung karena tiket tidak hangus dan pembeli juga untung karena bisa membeli 3 tiket dengan harga murah. Artinya kepemilikan dari tiket ini bisa berpindah dari satu orang ke orang yang lain.

Saya pernah membeli 2 tiket dari seseorang yang tidak saya kenal, Saya kenal penjualnya dari forum di internet. Dia ingin menjual 2 tiket dengan harga miring. Saya janjian dengan penjualnya serta memberikan ciri-ciri saya seperti memakai topi dan lain-lain. Kami bertemu di Meguro Station, transaksi tidak sampai 1 menit dan kami berpisah.

Kembali tentang SJK, satu tiket bisa dipakai dalam 1 hari boleh naik turun kereta JR lokal dan express. Tidak bisa dipakai untuk naik Shinkansen atau Limited Express (特急).

Kalau dulu di awal tahun 90 an satu tiket 11.500 terdiri dari 5 lembar tiket sehingga kita bisa sharing per tiket ke teman-teman. Masing-masing bisa pergi di hari yang berbeda dan dengan tujuan berbefa.
Tetapi sekarang tiket 11.500 hanya 1 lembar dengan 5 kotak untuk dicap oleh petugas. Misalnya hari ini kita pakai berdua dengan teman maka 2 kotak akan dicap. Besoknya kita pakai sendiri maka kotak ke 3 akan dicap. Pekan berikutnya teman kita ingin menggunakan 2 tiket. Maka kita bisa berikan sisa 2 tiket kepada teman kita.

-- oOo --

Sedikit cerita pengalaman saya menggunakan tiket SJK, saya menggunakan 2 tiket 4600 yen untuk sampai ke Sapporo, Hokkaido bulan Desember 1993. Karena kereta kami tiba di Sendai Station telat beberapa menit dan kereta dari Sendai yang menuju utara tidak terkejar maka saya dan teman-teman memutuskan untuk bermalam 1 malam di Akita dan hari berikutnya baru meneruskan perjalanan ke Sapporo dari Akita.

Bila rekan-rekan berniat untuk menggunakan tiket SJK ke tempat yang jauh saya sarankan untuk membeli buku Jadwal kereta se Jepang yang dijual di Station JR. Dulu harganya sekitar 400 yen. Sehingga kita bisa mengecek dimana kita baiknya pindah kereta dan berapa menit kita harus menunggu kereta berikutnya. Bila kita tertinggal satu kereta mungkin kita harus menunggu 1-2 jam kereta berikutnya.

Tahun berikutnnys Agustus 1994, saya travel ke Kyushu dari Tokyo hanya mengunakan 1 tiket SJK 2300 yen + 200 yen. Kereta berangkat jam 23:50 dari Shinagawa Station di Tokyo dan tiba di Hakata Station di Kyushu jam 23:00.
Dari Shinagawa - Yokohama rentang waktu 23:50-00:00 saya membeli tiket biasa 200 yen dan kemudian dari Yokohama - Hakata dalam waktu 00:00-23:00 saya menggunakan tiket SJK. Tentunya dalam perjalanan itu lebih dari 5 kali ganti lereta.

Selain itu saya ke Okayama, Takamatsu di Pulau Shikoku, Kanazawa, Toyama di tepi laut Jepang (Hokuriku) juga mengunakan tiket SJK.

Ada kepuasan tersendiri ketika bisa travel jarak jauh dengan tiket yang super murah. Tentunya perjalanan ini makin mengasyikkan bila kita pergi bersama teman-teman atau keluarga.

Untuk harga tiket SJK sekarang 1 tiket 2370 yen lebih mahal 70 yen dibandingkan 24 tahun yang lalu.

Selamat mencoba dan waktu yang terdekat adalah akhir bulan ini. SJK berlaku dari tanggal 10 Desember 2017 - 10 Januari 2018 dan sudah bisa dibeli sejak tanggal 1 Desember - 31 Desember 2017.

Untuk lengkapnya sahabat-sahabat bisa mengecek tentang SJK di web berikut.

http://www.jreast.co.jp/e/pass/seishun18.html

Shenzhen, 9 Desember 2017

--- oOo ---

Penulis : Endrianto Djajadi, M.Eng
Pengamat kehidupan di Jepang.
Datang ke Jepang 1 Oktober 1993. Setelah menyelesaikan studi d3, S1 dan S2 bidang Teknik Elektro khususnya Robotics, melanjutkan bekerja sebagai Quality Assurance Engineer di perusahaan pembuat Display LCD untuk smartphone di Jepang sampai sekarang.
Tulisan-tulisannya bisa dibaca di : http://www.endrianto-djajadi.blogspot.com

Saturday, November 11, 2017

SKJ Sharing Kehidupan di Jepang ke-14] Pernak pernik mengambil SIM Mobil di Jepang

[SKJ :  Sharing Kehidupan di Jepang ke-14] Pernak pernik mengambil SIM  Mobil di Jepang

Oleh : Endrianto Djajadi
http://www.endrianto-djajadi.blogspot.com

Beberapa  pekan yang lalu tepatnya tanggal 27 Oktober 2017, tiba-tiba ada kohai/adik kelas yang meng-inbox saya.

" Mau tanya dulu pak Endri belajar nyetir di Tokyo dimana? ada osusume? " (Osusume : Yang direkomendasikan).

Saya teringat kembali dengan niatan saya yang sudah lama, yaitu men-sharing pengalaman membuat SIM Mobil di Jepang.

Saya datang ke Jepang di usia masih muda, 19 tahun. Saat itu, sewaktu di Indonesia tidak ada fikiran untuk mengambil SIM mobil karena SIM motor sudah cukup. Dan lagi saya juga tidak punya mobil, Pergi kuliah PP ke kampus UI Depok selalu naik Metromini dan kendaraan umum lainnya. Akhirnya, ketika tiba di Jepang, saya keadaan belum memiliki SIM mobil.

Setibanya di Jepang, saya tinggal di asrama yang jaraknya tidak jauh dari kampus, sehingga saya biasa berjalan kaki atau naik sepeda ke kampus. Pernah ada senior yang memberi nasehat kepada saya seperti ini :

" Ambil SIM mobil saja di Jepang, tidak ada ruginya ",

Kalau dingat-ingat lagi nasehat itu, benar juga nasehat senior ini. Setelah memiliki SIM mobil dan membeli mobil yang second, banyak hal yang bisa saya lakukan seperti :

1. Menolong teman yang pindahan
2. Menjemput teman-teman untuk pergi jamaah ke masjid
3. Mengantarkan dagangan ke para pembeli.
4. Menjadi Tim Transportasi di berbagai acara
5. Mengantarkan tamu jalan-jalan.
6. Ini yang paling penting, menjadi sarana berkomunikasi dengan istri dan anak-anak. Anak-anak lebih lepas ceritanya di dalam mobil dibandingkan cerita di depan meja makan atau ruang TV.

Kembali kepada pertanyaan adik kelas saya, saya jawab :

"Saya belajar mobil di sekolah menyetir mobil tepatnya namanya Hinomaru. Tempatnya dekat dengan Meguro Station. Kalau kita naik JR Yamanote Line dari Ebisu menuju Meguro,, kita bisa melihat Hinomaru lewat jendela sebelah kanan".

Di Hinomaru biaya total 320.000 yen untuk SIM mobil otomatis dan 330.000 untuk SIM mobil manual.
Aturannya, pengemudi yang punya SIM Manual boleh menyetir mobil Manual dan Otomatis. Tetapi pengemudi yang punya SIM Otomatis hanya boleh menyetir mobil otomatis, tidak boleh menyetir mobil yang manual. Karena hanya beda 10.000 yen, saya ambil SIM Manual.

Biaya 330.000 ini terdiri dari 32 paket teori dan 32 paket praktek mengemudi. Di awal kita hanya membayar 135.000 yen untuk 32 kali paket teori dan 2 kali paket praktek. Setelah itu untuk praktek yang ke 3, 4, 5 dst kita membayar 6500/jam. Saya baru faham ini karena sebelumnya saya berfikir harus membayar lunas 330.000 di awal. Info lebih jelas bisa sahabat-sahabat tanyakan langsung ke Hinomaru karena info di atas info 6-7 tahun yang lalu.

Untuk paket teori, kita bisa lihat jadwal per pekan. Misalnya hari Sabtu jam ke 3 ada teori A maka kita bisa ikut. Dalam waktu 50 menit, 30 menit instruktur menjelaskan teori di depan kelas, sisa waktu diisi dengan menonton Video. Misalnya Video ketika akan belok ke kanan kita harus menunggu mobil dari arah berlawanan habis, cara menolong bila melihat ada kecelakaan, hal-hal yang perlu diperhatikan ketika ingin membelok dll.

Untuk praktek, kita harus reserve hari, tanggal dan jam berapa. Tetapi kita boleh menjadi waiting list tanpa reserve. Misalnya kita ada waktu dari jam 18:00-19:00 dan ada peserta yang membatalkan belajar praktek pada jam itu, maka kita bisa latihan praktek di jam tersebut menggantikan peserta yang tidak hadir.
Ada paket perhari maksimal 2 jam atau 4 jam dst. Saya mengambil yang paket max 2 jam.

Saat itu kantor saya di Shinagawa. Pulang kantor jam 18:00 mampir ke Hinomaru belajar praktek jam 19:00-20:00.
Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan kursus mengemudi dalam waktu 4 bulan dari November sampai Februari.
Setelah semua paket selesai, ujian praktek ambil SIM dilakukan di sekolah itu juga. Kita diberi peta dan harus mengemudikan sesuai dengan peta yang diberikan. Selain itu ada juga ujian memarkir mobil, membuat huruf S dll. Setelah dinyatakan lulus praktek, saya membawa tanda lulus ke tempat pembuatan SIM. Karena saya tinggal di Yokohama, saya ambil ujian tertulis di Futamatagawa.

--- oOo ---

Ujian tertulis ada 95 soal hanya memilih Benar atau Salah. Waktu hanya 50 menit dan nilai harus di atas 90 untuk lulus.
Karena waktu yang begitu singkat dan harus mendapatkan nilai di atas 90, banyak yang harus berkali-kali untuk mengulangnya, walaupun orang Jepang sekalipun. Bila kita tidak lulus, kita bisa mengulangnya dengan membayar 2500 untuk biaya ujian.

Ini berbeda dengan sahabat-sahabat yang sudah memiliki SIM mobil dari Indonesia. Ujian tertulis hanya 10 soal dan akan lulus bila 7 jawaban  benar. Bagi yang ingin menukar SIM Indonesia ke SIM Jepang, ujian prakteknya yang cukup sulit.

Untuk proses menukar SIM Indonesia ke SIM Jepang, sahabat-sahabat bisa merujuk ke tulisan di bawah ini yang menurut saya menarik untuk dibaca.

1 http://scratchesofapen.blogspot.jp/2015/02/pengalaman-ambil-sim-di-jepang.html?m=1

2 https://zuhudrozaki.wordpress.com/2013/07/24/menukar-sim-a-indonesia-ke-sim-a-jepang-切り替え-kirikae/

OK ... Selamat menimbang-nimbang dan mempersiapkan diri untuk mendapatkan SIM Jepang.

Yokohama, 11 November 2017.

--- oOo ---

Penulis : Endrianto Djajadi, M.Eng
Pengamat kehidupan di Jepang.
Datang ke Jepang 1 Oktober 1993. Setelah menyelesaikan studi d3, S1 dan S2 bidang Teknik Elektro khususnya Robotics, melanjutkan bekerja sebagai Quality Assurance Engineer di perusahaan pembuat Display LCD untuk smartphone di Jepang sampai sekarang.
Tulisan-tulisannya bisa dibaca di : http://www.endrianto-djajadi.blogspot.com


Wednesday, July 05, 2017

SKJ : Sharing Kehidupan di Jepang ke-13] TK sebagai tempat melatih anak bersosialisasi

[SKJ : Sharing Kehidupan di Jepang ke-13] TK sebagai tempat melatih anak bersosialisasi

Oleh : Endrianto Djajadi

Chiba, Rabu 5 Juli 2017

Hari ini saya menerima satu pertanyaan dari seorang adik kelas di daerah Yokohama :

" assalaamu'alaykum
mas endri, ada tulisan blog nya tentang TK di jepang ga mas? saya nyari cuma dapet yg SD dr mas endri "

Dulu saya pernah menuliskan sedikit cerita tentang TK di Jepang, tetapi belum sempat saya masukkan ke SKJ.

Pada tulisan kali ini, saya ingin sedikit sharing tentang TK di Jepang, semoga ada manfaatnya.

Sekilas cerita tentang TK yang dalam bahasa Jepangnya : Yochien, di Jepang Yochien dibagi menjadi 3 kelas :
1. Umur 3 tahun (Nensyo)
2. Umur 4 tahun (Nenchuu)
3. Umur 5 tahun (Nenchou)
*** Umur dihitung per 1 April. Misalnya lahir antara 1 April 2014 - 31 Maret 2015, misalnya anak lahir bulan Juni 2014 maka anak akan masuk di bulan April 2018 tahun depan di kelas Umur 3 tahun (Nensyou).

Biasanya orang tua Jepang memasukkan anak-anaknya mulai dari umur 3 tahun sehingga anak mereka belajar di TK selama 3 tahun.  Tetapi ada juga yang mulai memasukkan anaknya setelah berumur 4 tahun sehingga anak mereka hanya 2 tahun belajar di TK.

Dulu waktu saya ingin memasukkan putri pertama, saya berfikir ingin memasukkannya ketika sudah berumur 5 tahun saja agar interaksi anak dengan saya dan istri lebih banyak. Akan tetapi hal ini tidak bisa direalisasikan karena TK-TK di Jepang tidak menerima murid baru yang masuk di umur 5 tahun. Murid-murid mereka adalah murid-murid yang sudah bersekolah sejak umur 3 atau 4 tahun.

Karena belum punya pengalaman tentang hal itu, saya mulai faham setelah bulan Mei atau bulan Juni. Akhirnya saya mencoba bernegosiasi dengan beberapa TK untuk bisa menerima putri saya di kelas Umur 4 tahun tidak dari awal bulan April (karena terlambat tahu tidak bisa memasukkan anak di kelas umur 5 tahun), tetapi memasukkannya per bulan September.  Alhamdulillah satu Yochien yaitu Mitakedai Yochien mau menerimanya dan putri saya bisa bersekolah per bulan September 2005.
Jadi, kepada sahabat-sahabat yang sudah memiliki putra-putri yang berumur 2 tahun, perlu pertimbangan yang cukup serius dalam menentukan apakah ingin memasukkan putra-putrinya sejak umur 3 tahun atau 4 tahun. Biasanya pendaftaran TK dibuka bulan Oktober atau November tahun sebelum masuk tahun ajaran baru.

Tulisan berikut ini adalah tulisan ketika anak saya yang ke 3 akan masuk Yochien di kelas Umur 4 tahun (Nenchuu) di tahun 2009.

--- oOo ---

Mungkin upacara masuk TK anak kita tidak tergolong spesial bagi orang Indonesia. Tetapi upacara ini cukup spesial bagi orang Jepang.
Alhamdulillah tanggal 7 April saya diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk menghadiri Acara Upacara Masuk TK anak ke 3 yaitu Zakiyyah.

Acara upacara ini tidak berjalan lama, diawali dengan masuknya anak2 ke ruangan hall kemudian bernyanyi bersama, perkenalan para guru. Kemudian acara dilanjutkan di kelas masing-masing. Anak-anak mendengarkan cerita dari 2 guru dan orang tua murid mendengarkan penjelasan dari wali kelas. Penjelasannya cukup banyak seperti skedule per hari, tentang barang-barang yang perlu dibawa besok, mengenai jemputan bis dllnya.

Para orang tua warga Jepang sangat antusias menghadiri acara-acara upacara masuk dan upacara wisuda anaknya. Terbukti dengan banyaknya para bapak izin dari kantor untuk menghadiri acara ini. Teman sekantor ada yang mengambil libur hari seninnya karena hadir di acara  upacara masuk anaknya ke SD. Saya termasuk yang  mengambil libur setengah hari. Acara penerimaan murid baru dan wisuda di Jepang diadakan di hari kerja, tidak di hari sabtu atau Ahad.

Mungkin banyak orang yang berfikir, TK hanyalah tempat bermain anak saja sehingga tidak dirasakan
begitu penting. Tetapi bagi saya dan juga penjelasan dari guru-guru di sini, TK adalah tempat pertama kali anak-anak belajar hidup sosial. Belajar bagaimana bisa berbagi,
bermain bersama-sama teman seumuran, belajar menahan emosi ketika rebutan mainan dengan
temannya, belajar mendengarkan cerita dari guru, belajar berpisah dari orang tua dari jam 9 pagi sampai jam 13:30 siang, belajar makan bersama kawan-kawan di sekolah dst.

Jadi banyak yang bisa diambil hikmahnya dari belajar di TK. Seperti yang saya jelaskan di atas,
diJepang TK dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu untuk yang berumur 3 tahun (nensyo), 4 tahun (nenchuu)
dan 5 tahun (nenchou). Setelah anak berumur 6 tahun anak-anak akan masuk SD.

Selain Upacara masuk banyak juga acara-acara yang menarik di TK, mungkin di lain kesempatan akan saya ceritakan acara-acara di TK seperti Festival Olah Raga (Undoukai), acara jalan-jalan (ensoku), acara seni-musik tampil di panggung dst.

Acara Upacara masuk diakhiri dengan foto bersama murid dan orang tua murid.

Mengenai biaya sekolah di TK, di daerah saya di Yokohama, karena tidak ada TK Negri maka saya harus memasukkan anak-anak ke TK swasta. Perbulan sekitar 23.000 yen selain makan siang dan bus antar jemput. Di awal tahun sekitar bulan Januari, sekolah akan mengembalikan sekitar 100.000 yen.

Untuk makan siang, karena banyak menu yang tidak bisa dimakan, kami setiap hari menbawakan bentou (bekal) untuk makan siang.

Demikian sekilas tentang TK di Jepang.

Akhirnya anakku masuk TK ... setelah 4 tahun hanya bermain dengan kakak-kakaknya dan hanya di rumah, sekarang dia mulai belajar hidup sosial .... Gambatte kudasai ne ... zakki ...

Yokohama, 8 April 2009

--- oOo ---

Penulis : Endrianto Djajadi, M.Eng
Pengamat kehidupan di Jepang.
Datang ke Jepang 1 Oktober 1993. Setelah menyelesaikan studi d3, S1 dan S2 bidang Teknik Ekektro khususnya Robotics, melanjutkan bekerja sebagai Quality Assurance Engineer di perusahaan pembuat Display LCD untuk smartphone di Jepang sampai sekarang.
Tulisan-tulisannya bisa dibaca di : http://www.endrianto-djajadi.blogspot.com







Sunday, June 11, 2017

SKJ : Sharing Kehidupan di Jepang ke-12] Afina ... Putriku sayang ...

[SKJ : Sharing Kehidupan di Jepang ke-12] Afina ... Putriku sayang ...

Tokyo, 11 Juni 2017

Oleh : Endrianto Djajadi

Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan pertanyaan dari seorang teman yang dulu satu almamater di SMP dan SMA.

" Endri anaknya kok gak skul di jepang? sdgkan orang berbondong2 mau skul di jepang?"

Pertanyaannya ini cukup menarik dan terkait dengan penjelasan saya pekan lalu kepada 2 orang teman yang memiliki putra yang sekarang sedang duduk di kelas 6 SD di sekolah Jepang. Mereka berfikir linier untuk menyekolahkan anaknya mulai TK, SD, SMP, SMA sampai Universitas di Jepang.

Banyak teman-teman saya yang dulu kuliah di Jepang dan melanjutkan beberapa tahun bekerja di sini yang akhirnya mereka memilih untuk pulang ke indonesia dengan alasan khawatir dengan pendidikan agama untuk putra-putrinya yang tidak didapat di sekolah Jepang.

Saya berfikir kalau hal ini tidak dicarikan solusinya, maka teman-teman yang datang ke Jepang baik untuk kuliah atau bekerja, mereka tidak akan tinggal lama di Jepang karena kendala di atas.

Olehkarenanya, kami mencoba mencari solusinya dengan mengirimkan anak kami ke Indonesia untuk belajar di SMA Islam boarding tanpa kami pulang for good ke Indonesia.

Kepada teman saya yang mengirimkan pesan di WA dan 2 teman yang putranya sudah kelas 6 SD, saya jelaskan seperti ini.

Afina, begitu panggilan putri kami, lahir di Jepang. Dia lalui masa kecilnya di TK, SD dan SMP Jepang.  Belajar bersama siswa-siswi Jepang yang lain. Alhamdulillah walaupun Afina berjilbab sejak TK sampai SMP, dia dapat diterima oleh teman-temannya. Sekitar 7 orang teman SMP nya menyempatkan waktunya datang ke rumah kami untuk melepas Afina yang akan berangkat ke Indonesia 1 tahun yang lalu. Bahkan ada 2 teman Jepang nya yang sudah menunggu di Haneda Airport sebagai bentuk perpisahan dengan Afina sebagai sahabatnya.

Sejak TK sampai SMP Afina belum pernah mendapatkan pendidikan tentang Islam secara formal. Dia hanya mendapatkan ilmu Islam dari saya, istri serta guru mengajinya. Teman-teman sebayanya yang muslimah juga sangat sedikit di sini.

Olehkarena itu, setelah melewati diskusi yang panjang, akhirnya kami memutuskan untuk menyekolahkan Afina ke Indonesia. Keputusan yang cukup berat bagi kami sebagai orang tua karena harus berpisah dengan putri pertama buah hati kami. Tetapi bila memandang jauh ke depan, menyekolahkan Afina ke Indonesia untuk belajar Islam Insya Allah adalah jalan yang terbaik untuk masa depannya. Dia harus mempunyai pondasi agama yang kuat sehingga di masa-masa yang akan datang dia mempunyai pijakan dalam menyelesaikan masalah-masalahnya sesuai dengan tuntunan Islam.

Anak-anak muslim yang lahir di Jepang berbeda dengan anak-anak muslim yang lahir dan besar di Indonesia. Mereka tidak mendapatkan pendidikan Islam yang formal dan mereka tidak mempunyai lingkungan yang kondusif untuk memahami Islam lebih dalam. Kami berfikir mereka harus mempunyai dasar-dasar Islam yang didapatnya minimal 3 tahun secara formal. Bisa 3 tahun ketika SMP atau 3 tahun ketika SMA, atau 6 tahun di SMP dan SMA. Karena kalau mereka sudah masuk masa remaja di universitas, kita akan sulit mencarikan tempat untuk mereka memahami Islam lebih dalam.

Jadi untuk sahabat-sahabat yang berniat untuk hidup lama di Jepang mohon difikirkan tentang pendidikan putra-putrinya di masa SMP dan SMA ini.

----- oOo -----

PERJUANGAN ITU ....

Waktu berjalan begitu cepat, Afina mulai menjalani kehidupan barunya di asrama. Saya bisa merasakan beratnya perjuangan dia di sana. Baik kehidupan di asrama maupun perjuangan memahami pelajaran di sekolah. Karena selama ini dia belajar dalam bahasa Jepang dengan tulisan Kanji bukan alfabet.

Orang tua diperbolehkan menelpon sekali dalam sepekan. Ketika saya telpon Afina, dia selalu menangis dan selalu minta untuk kembali ke Jepang. Dan berulang kali pula saya jelaskan akan makna 3 tahun belajar agama di sana. Saya tekankan bahwa 3 tahun belajar agama dengan formal, hidup bersama para muslimah yang seusia itu sangat penting untuk bekal hidupnya di masa yang akan datang.

Saya hibur dia dengan 2 hal.
1. Kalau libur bulan Juli dan Desember, silakan kembali ke Jepang untuk refreshing.
2. Setelah lulus SMA nanti silakan Afina memilih akan kuliah di Indonesia atau kembali ke Jepang.

Masa-masa yang berat adalah masa adaptasi. Adaptasi harus tidur sekamar dengan teman-teman baru yang belum pernah dikenal sebelumnya. Di asrama satu kamar 10 orang. Kemudian untuk makan dan mandi harus antri. Hal-hal baru seperti ini perlu waktu bagi Afina untuk beradaptasi.

Untuk pelajaran di sekolah, banyak hal yang dia tidak fahami karena kendala bahasa Indonesia yang minim.

Beberapa hal yang coba saya lakukan untuk membantu Afina agar dia bisa betah di sana.

1. Berdiskusi dengan wali kelas apakah ada semacam kelas tambahan untuk Afina. Alhamdulillah pihak sekolah menyediakan semacam bimbel untuk anak-anak yang datang dari luar negeri seperti Australia, Qatar, Jepang dll. Afina merasakan banyak manfaatnya.

2. Ketika liburan bulan Desember tahun lalu, saya ajak Afina ke toko buku Kinokuniya di Shinjuku, Tokyo. Di sana kami membeli buku fisika, matematika, biologi, kimia untuk SMA di sekolah Jepang. Paling tidak buku-buku itu bisa menjadi referensi bila dia tidak memahami pelajaran dalam bahasa Indonesia.

3. Memberikan penjelasan tentang pelajaran yang tidak dia fahami melalui Line atau WA setiap Senin dan Kamis malam.
Ketika teman-temannya BM atau Belajar Malam, saya online dengan Afina. Saya tekankan hal yang paling penting adalah memahami kata perkata dulu, setelah itu baru merangkainya dalam satu kalimat. Sehingga pertemuan yang hanya 1 jam itu saya jelaskan kata perkata. Berikut contoh kata-kata dalam pelajaran biologi dan fisika yang tidak difahami.

Eukariotik 真核生物 しんこく
Kingdom 王国
Multiseluler 多細胞
Uniseluler 単細胞
Hifa 菌糸  きんし
Miselium 菌糸体 きんしたい
Habitat 生息地
Septa 隔膜; 隔壁
Nutrisi 栄養素 えいようそ
Simbiosis 共生
Aseksual 無性の
Seksual 性的
Dukung サポート
Sekat バルクヘッド
Heterotrof 従属栄養の
Saprofit 腐生植物; 腐生者; 腐生菌
Gravitasi : 重力
Kecepatan 速度

Ketika saya tuliskan huruf kanjinya, Afina faham maknanya. Jadi memang, untuk memulainya, Afina harus menghafal kata demi kata.

----- oOo -----

Waktu memang berjalan begitu cepat. Tepat hari ini tanggal 11 Juni Afina menerima rapot kelas 10 dan Insya Allah per Juli akan mulai tahun ajaran baru kelas 11.  Besok dia akan berangkat ke Jepang dan kembali ke Indonesia tanggal 21 Juli. Menikmati lebaran dengan abi, ummi dan adik-adiknya di Yokohama.

Rasa bahagia bagi saya ketika mendengar cerita Afina kalau dia sudah hafal Juz 29 dan 30 dan sekarang sedang menghafal Juz 28. Dan ketika Ramadhan kali ini belum genap 2 pekan sudah bisa mengkhatamkannya 2x. Alhamdulillah ...

Semoga perjuangan Afina tidak sia-sia ... Otsukare sama deshita ... Rainendo mo gambarimashou ne Afina-chan

---- oOo ----

Penulis : Endrianto Djajadi, M.Eng
Pengamat kehidupan di Jepang.
Datang ke Jepang 1 Oktober 1993. Setelah menyelesaikan studi d3, S1 dan S2 bidang Teknik Ekektro khususnya Robotics, melanjutkan bekerja sebagai Quality Assurance Engineer di perusahaan pembuat Display LCD untuk smartphone di Jepang sampai sekarang.
Tulisan-tulisannya bisa dibaca di : http://www.endrianto-djajadi.blogspot.com