Sunday, September 14, 2008

Belajar dari Sejarah

Dimuat di :

http://www.kammi-jepang.net/sorotan.php?id=160

Seperti kita ketahui bersama, di Jepang banyak sekali organisasi yang dibuat oleh mahasiswa Indonesia, mulai dari organisasi kemahasiswaan, keagamaan, keilmuan, kepartaian dan lain-lain. Sebut saja kemahasiswaan seperti PPI Jepang, PPI Korda, PPI Komisariat, dibidang keagamaan seperti KAMMI-Jepang, PMIJ, KMII Jepang, NU-Nihon, dibidang keilmuan seperti ISTECS, IASA, IECI, dibidang kepartaian seperti PIP-PKS, dibidang kewanitaan seperti FAHIMA dan dibidang profesional seperti Persada Jepang.

Akan tetapi sangat disayangkan diantara organisasi di atas ada yang sekarang sudah "almarhum" atau boleh disebut tidak terdengar lagi aktivitasnya. Atau aktivitasnya masih ada tetapi dalam satu tahun bisa dihitung dengan sebelah jari tangan jumlah kegiatannya. Dan terlihat juga kelesuan para pengurusnya dalam mengelola organisasi-organisasi ini.

Penyebabnya apa ?

Menurut pemikiran penulis, paling tidak ada 2 hal yang menyebabkan hal di atas bisa terjadi. Yang pertama adalah kurangnya pewarisan spirit dan yang kedua adalah kurang rapinya proses regenerasi. Pada tulisan kali ini penulis ingin memaparkan salah satu penyebabnya saja yaitu kurangnya pewarisan spirit.

Kurangnya Pewarisan Spirit

Kurangnya pewarisan spirit di sini maksudnya adalah kurangnya pewarisan spirit dari Generasi Tua (GT) kepada Generasi Muda (GM).
Seharusnya tidak saja laporan pertanggungjawaban yang diserahkan kepada GM ketika masa kepengurusan berakhir, akan tetapi spirit atau semangat dari GT juga harus diturunkan kepada GM. Hal ini diperlukan agar GM dapat memahami sejarah ketika organisasi tersebut dibuat. Dari sejarah itu GM dapat menyelami masa-masa tersebut. Dengan adanya pewarisan spirit ini, nilai-nilai yang diperjuangkan oleh GT dapat sampai kepada GM-nya.

Agar spirit GT dapat sampai kepada GM-nya, hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya dengan mengadakan bedah buku yang ditulis oleh GT. Pada buku tersebut GM dapat membaca saat-saat GT berjuang membangun organisasi tersebut dan bagaimana cara GT menjaganya agar tetap eksis. Apa saja kendala yang dihadapi saat menjalani roda kepengurusan organisasi tersebutpun dapat digali dari cerita-cerita para GT.

Cara yang lain adalah dengan mengundang para GT untuk berbicara di depan para GM. Mungkin saja acara tersebut hanya berisi nostalgia para GT, akan tetapi dari cerita nostagia itulah nantinya GM dapat mengambil spirit yang dimiliki oleh GT. Memang biasanya GT sangat senang sekali ketika GM menanyakan kegiatan mereka dulu seperti apa, hal-hal apa saja yang berhasil dilakukan oleh GT, bagaimana jerih payahnya mengendalikan organisasi tersebut dll.

Di Sony Corporation

Di tempat kerja penulis yaitu Sony Corporation, ada satu acara yang diadakan oleh pihak kantor. Acara ini cukup menarik yaitu acara yang boleh dihadiri oleh semua karyawan Sony. Diadakan sore hari setelah selesai jam kerja pada setiap beberapa bulan sekali. Pertemuan ini dipandu atau dimoderatori oleh pimpinan Sony yang sekarang yaitu Dr Ryoji Chubachi dengan menghadirkan para pendahulu Sony (GT).

Pendahulu Sony adalah mereka-mereka yang dulu pernah menjadi pejabat di Sony Corporation seperti Vice President, Direktur cabang Sony di luar Jepang dll. Mereka sekarang sudah pensiun dan berusia rata-rata 70 tahun atau lebih.
Para karyawan yang hadir cukup banyak, ada sekitar 200 orang lebih dan diadakan selama lebih kurang 2 jam beserta tanya jawabnya.
Acara ini sangat santai dan Dr. Chubachi menanyakan kepada mereka dengan berbagai pertanyaan. Seperti bagaimana keadaan Sony pada zaman mereka dulu, apa yang telah dilakukan oleh mereka saat itu. Merekapun mulai menceritakan pengalamannya, bagaimana saat itu mereka harus bekerja untuk menyukseskan satu produk, ada yang tiba-tiba diminta untuk membuka perwakilan di Eropa tapi hanya diberikan bekal seadanya, bagaimana ketika mereka bertemu dengan para pendiri Sony yaitu Ibuka san dan Morita san dan masih banyak lagi cerita nostalgia mereka di tahun 60-an atau 70-an.

Tujuan dari acara ini tidak lain seperti yang penulis sebutkan di atas yaitu agar generasi muda karyawan sony dapat mengambil spirit dari generasi tua dan juga pengalaman-pengalaman yang telah mereka lalui.

Ketika Belajar Islam

Ketika kita mempelajari Islam, ada satu topik yang menarik yaitu siroh nabawiyah. Dalam siroh diceritakan tentang sosok Nabi Muhammad SAW dan juga sosok para sahabat yang mengelilingi beliau. Kita dapati dalam siroh itu spirit dari Rasulullah dan sahabat beliau pada saat mereka masih hidup. Dengan membaca Siroh kita akan lebih mengenal beliau, bagaimana moral dan akhlak beliau, dan bagaimana beliau menyelesaikan masalah. Oleh karenanya ketika kita membaca siroh, tidak saja hanya tanggal, letak kejadian yang kita hafalkan tapi yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana kita bisa mendapatkan spirit dari cerita-cerita yang ada di siroh tersebut. Ini sangat penting karena kita akan lebih menghayati nilai-nilai Islam dari spirit-spirit ini.

Kalau kita membaca Al-Quran, paling tidak kita dapat membagi Al-Quran menjadi 3 bagian, yaitu berisi tentang masa lalu seperti sejarah para nabi, tentang masa sekarang seperti pembagian harta waris, tata cara ketika melakukan hutang piutang, dan tentang masa yang akan datang seperti kejadian ketika hari kiamat, keadaan surga dan neraka. Apa makna Al-Quran menceritakan masa lalu seperti sejarah para nabi ?
Menurut pemahaman penulis, salah satu hikmah dari sejarah di dalam Al Qur'an adalah agar kita dapat mengambil spirit dari para nabi ketika mereka masih hidup, bagaimana keadaan kaumnya, bagaimana kehidupan para nabi. Dari cerita masa lalu kita dapat mengambil pelajaran yang mungkin saja kejadian yang terjadi pada masa lalu tersebut akan terulang kembali di masa sekarang. Dengan mempelajari ibroh dari Al Quran, kita dapat menyelesaikan masalah yang muncul saat ini karena cara pemecahannya pernah diceritakan di dalam Al Qur'an.

Kembali kepada pembahasan di atas bahwa ketika kita ingin membuat organisasi, dan ingin agar organisasi ini tetap eksis, maka upaya-upaya menggali pengalaman para pendahulu adalah suatu kemestian.

Oleh karenanya perlulah kiranya kita merenungi lagi satu ungkapan yaitu : BELAJARLAH DARI SEJARAH dan JANGANLAH MELUPAKANNYA. Insya Allah dengan belajar dari sejarah, kita dapat menggali SPIRIT generasi pendahulu kita yang mungkin saja pernah hilang ditelan masa.

*Penulis adalah salah seorang dari 3 pendiri PMIJ (Persaudaraan Muslim Indonesia Jepang) pada tanggal 7 Juli 1998. Menjadi Presiden pertama PMIJ.

Wednesday, September 10, 2008

Mampukah Jujur seperti Orang Jepang ?

Tulisan ini dimuat di :

http://community.kompas.com/index.php/read/artikel/1098

Endrianto Djajadi - Jepang

Pagi itu aku pergi untuk menghadiri acara di Sekolah Republik Indonesia Tokyo. Setelah meluncur dengan menggunakan Tokyu Den en toshi Line tak terasa aku sudah sampai di Shibuya Station.
Keluar dari kereta aku segera bergegas ke pintu karcis, tapi setelah meraba-raba kantong baju dan celana ...

"Wah ... teikiken (abonemen) ku mana ya ..",

"Hhmm ... mungkin terselip diantara buku di tasku atau mungkin sudah aku masukkan ke dompet"

Aku bongkar semua isi tas, isi dompet dan hampir selama 5 menitan akhirnya aku tak berhasil menemukan teikiken ku.
Aku fikir "Hhmmm ... mungkin tertinggal di Fujigaoka station kali" waktu memasukkan teikiken memang aku tadi terburu-buru mengejar kereta.

Karena aku tak temukan juga teikikenku akhirnya aku laporkan hal ini kepada penjaga station.

"Pak ... tadi saya masuk di Fujigaoka station dengan teikiken tapi ternyata sekarang hilang teikikennya ... bagaimana nih ?"

"Ooo ... kalau begitu coba lapor ke kantor pengaduan kalau ada barang yang jatuh atau hilang" kata penjaga station.

"Kantornya dimana pak? Dan bagaimana saya bisa keluar dari station ini?" tanyaku

Lalu penjaga station menjelaskan kalau hendak ke kantor pengaduan bisa melewati tangga disebelah sana dan laporkan saja tentang kehilangan teikiken itu. Dia jelaskan hal ini seraya memberi aku tiket agar bisa keluar dari Shibuya station.

Aku segera bergegas keluar station seraya melihat jam tanganku, "Wah sudah jam 12:25 nih ... masih ada waktu kayaknya" karena acara mulai jam 14:00.
Setelah sampai di kantor pengaduan, aku jelaskan semuanya kepada pegawai yang sedang bertugas dan dia meminta aku untuk menunggu agar dia bisa konfirmasi ke Fujigaoka Station.
Beberapa menit aku tunggu dan setelah menelpon ke Fujigaoka Station pegawai itu berujar "Di Fujigaoka Station tidak ada teikikennya jadi mungkin jatuh di kereta".

"Kalau begitu, andaikata ada yang menemukannya apakah saya akan dikabari" tanyaku.

Pegawai itu menjelaskan, kalau ada yang menemukan teikiken tersebut, penemu itu akan memberikan teikiken tersebut ke station terdekat, dan station terdekat akan mengirimkan teikiken itu ke tempat teikiken itu dibuat, jadi mungkin butuh 4-5 hari.
Wah ... lama juga pikirku, kalau harus 5 hari pulang pergi ke kantor cukup memakan biaya juga. Setelah aku faham akhirnya aku hanya bisa bersabar, dan aku fikir andaikata itu memang rizkiku Insya Allah teikiken itu akan kembali lagi.

Keesokan harinya aku pergi ke kantor dengan menggunakan tiket biasa, dan setelah sampai di Shinagawa Station tempat aku membuat teikiken aku langsung melapor ke pegawai disana. Di sana aku diminta menuliskan nama dan no. telpon. Dan katanya nanti kalau teikiken ini ditemukan maka mereka akan menghubungiku.

Malam hari setelah kerja, aku balik lagi ke kantor JR untuk menanyakan tentang teikikenku dan ternyata masih belum ada yang mengembalikannya.

Ketika bertemu dengan pegawainya, dia tegaskan lagi, andaikata teikikennya ditemukan aku akan segera dihubungi.

"Pak ... kalau saya buat teikiken baru dan nanti ternyata teikiken lamaku ditemukan apakah aku dapat mengembalikan teikikenku yang baru dan Japan Railway perusahaan kereta ini akan mengembalikan uangnya ?" tanyaku.

Penjaga station berkata kalau nanti ditemukan, tunjukkan saja kedua teikiken tersebut di tempat pembuatan teikiken, nanti teikiken yang baru akan diganti dengan uang.
2 hari telah berlalu dengan menggunakan teikiken yang baru.
Waktu menunjukkan pukul 21:30 pada hari Rabu. Satu station lagi aku akan sampai ke station rumahku di Fujigaoka station. Aku sedang di atas kereta, tiba-tiba aku dikejutkan oleh getaran handphoneku.
Aku berfikir telpon dari siapa ini ... malam-malam dan dimulai dengan kode 03 yang berarti telpon dari Tokyo.

"Hallo ... ini pak Endrianto?"
"Oh iya pak ..."
"Ini pak ... kami dari JR ingin mengabarkan bahwa teikiken bapak sudah kami terima"
"Oh begitu ya ... kalau begitu besok pagi saya ambil ya"
"Ya silakan pak ... mohon bawa tanda pengenal dan juga inkan (stempel nama)"
"Baik pak ..."

Telpon aku tutup dan betapa bahagianya aku hari ini mendengar kabar itu. Aku bersyukur kepada Allah atas nikmat ini dan tertegun sebentar.
Aku berfikir di era materialistis seperti ini ternyata ada juga orang yang jujur yang mau mengembalikan teikikenyang dia temukan.
Keesokan harinya aku datang ke kantor pengaduan di Shinagawa station.

"Saya endrianto pak .. mau mengambil teikiken yang terjatuh"
"Oh ya ... silakan tunggu sebentar ... ada kartu pengenal?"

Aku sodorkan Alien Registration (KTP Jepang) ku dan aku diminta mengisi formulir pengambilan barang yang hilang. Tulis nama dan alamat saja katanya. Waktu pengambilan sangat cepat, 3 menit juga sudah selesai. Lalu aku katakan bahwa aku sudah membuat teikiken baru, bagaimana cara untuk meminta kembali uangnya, karena akupun tidak perlu menggunakan 2 teikiken dalam waktu yang bersamaan.

"Kalau begitu silakan saja ke Midori guchi (tempat pembelian teikiken)" katanya ... Silakan diperlihatkan 2 teikiken ini dan nanti akan diproses pengembalian uangnya."

Saya tanya ... "ini ketemunya dimana ?" Penjaganya mengatakan ditemukan dari tempat yang jauh dari shinagawa dan mungkin terjatuh di atas kereta. Karena memang kereta yang aku pakai yaitu Tokyu den en toshi line sangat panjang.Sampai shibuya station kereta masuk ke Hanzomon Line dan sampai Oshiage station kereta masuk ke Tobu Line sampai Minami Kurihashi. Mungkin perjalanan dari Ujung Tokyo Den en toshi line sampai Tobu Minami Kurihashi membutuhkan waktu sekitar 2 jam lebih.

Karena waktu sudah menunjukkan pukul 09:15 dan banyak orang yang antri akhirnya aku putuskan untuk ke midori guchinya pada malam harinya.
Malam harinya aku ke midori guchi .. aku jelaskan duduk persoalannya dan langsung saja dengan cekatan penjual karcis meminta aku mengisi nama dan alamat pada satu formulir, yaitu formulir pengembalian uang. Proses ini juga cepat mungkin sekitar 2-3 menit sudah selesai. Dan Alhamdulillah uang dapat kembali 11.140 yen.

Aku membeli teikiken 1 bulan dari 1 Agt-31 Agt sebesar 14.710 yen, karena sudah berjalan 3 hari akhirnya aku harus rela dipotong biaya perjalanan dari rumah ke kantor selama 3 hari ini.

Aku bersyukur kepada Allah ternyata rizki memang tidak akan lari kemana, dan aku tetap berfikir, begitu baiknya orang yang menemukan teikikenku ini, dia bersikap jujur dan mau mengembalikannya. Memang bila kita perhatikan banyak sekali nilai-nilai universal yang telah menjadi kebudayaan orang Jepang antara lain seperti sikap jujur, sikap menepati waktu, bekerja keras dan masih banyak lagi.

Mudah-mudahan kita bisa meniru kebiasaan orang Jepang ini.